Proses konstruksi proyek itu juga ditargetkan rampung pada tahun 2024 dan operasi dilakukan bertahap mulai 2023, 2024 hingga 2029. Nantinya, investasi senilai US$ 132 miliar itu diperlukan untuk seluruh tahapan konstruksi dan komersialisasi sampai 8 tahun ke depan.
Sejumlah proyek rencananya akan dibangun dalam kawasan itu, mulai dari petrochemical, electronic alumine, steel, new energy battery 1, new energy battery 2, industrial silicon, polycrystalline silicon, dan solar panel.
Ada juga industri aluminium yang rencananya akan berlokasi di dalam kawasan tersebut. Proyek itu pun dikerjakan melalui kerja sama antara Indonesia, Cina, dan Abu Dhabi.
Presiden Jokowi sebelumnya mengungkapkan kawasan itu sangat diminati kalangan swasta. Kawasan industri ini akan ditopang pembangkit energi baru terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau hydropower dari Sungai Kayan di Kalimantan Utara.
“(Sumber) Energi-nya dari hydropower di Kayan. Industri yang akan masuk antre ternyata. Saya kaget,” kata Jokowi pada akhir November 2021 lalu.
Proyek di kawasan industri tersebut juga digadang-gadang untuk bisa memenuhi kebutuhan atas green industry maupun green product. Artinya, seluruh proses produksi dari hulu ke hilir di kawasan tersebut akan berbasis teknologi bersih.
BISNIS
Baca: Lo Kheng Hong Buka-bukaan Soal Saham Pilihannya di 2022: Bank, CPO, Batu Bara
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.