"Walaupun ada kenaikan, ini masih lebih rendah dari tahun lalu. Ini lebih baik dari kenaikan 2021 yang mencapai 12,5 persen," ucapnya ketika dihubungi, Senin, 13 Desember 2021.
Lebih jauh, Yaki memperkirakan dua emiten rokok besar yakni PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) telah mengantisipasi kebijakan pemerintah itu. Dua perusahaan ini diprediksi telah mengantisipasi kenaikan cukai meneruskannya ke average selling price (ASP).
Secara fundamental, kata Yaki, BCA Sekuritas merekomendasikan fully valued untuk kedua saham emiten rokok, dengan target price (TP) GGRM di Rp 35.900 dan HMSP di Rp 995.
Tapi secara teknikal, menurut dia, investor masih memiliki kesempatan untuk masuk ke dua saham ini, karena masih berpotensi untuk buy on weakness. Yaki juga merekomendasikan GGRM untuk trading level entry terdekat buy on weakness dengan range 31.400-31.675. Sementara HMSP di kisaran 975-1.010.
Pada penutupan perdagangan Senin kemarin, sebelum pengumuman kenaikan cukai hasil tembakau, saham GGRM ditutup naik 200 poin atau 0,62 persen ke level Rp 32.250 per saham. Hal serupa terjadi pada saham HMSP yang terpantau naik 15 poin atau 1,49 persen ke harga Rp 1.020 per saham.
BISNIS
Baca: LRT Jabodebek Bakal Dioperasikan Tanpa Masinis, Seperti Apa Teknologinya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.