Mereka berasal dari sektor industri kimia yaitu PT Kaltim Parna Industri, PT. Biggy Cemerlang dan PT. Schott Igar Glass. Kemudian industri farmasi yakni PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia. Berikutnya, industri tekstil meliputi PT. Globalindo Intimates, PT. TI Matsuoka Winner Industry, dan PT. Asia Pasific Rayon.
Sementara itu, mewakili sektor IKFT, perusahaan yang menyabet kategori National Lighthouse Industry 4.0 adalah PT. Pupuk Kalimantan Timur selaku industri kimia.
“Sesuai target kinerja yang telah ditetapkan oleh Kemenperin berdasarkan RPJMN tahun 2020-2024, salah satu sasarannya adalah jumlah perusahaan sektor IKFT dengan nilai INDI 4.0 lebih dari 3, bisa mencapai 16 perusahaan pada tahun 2021, dan sebanyak 21 perusahaan di tahun 2024,” kata Khayam.
Ia mengaku optimistis sektor IKFT dapat mengakselerasi ke arah industri 4.0. “Keberadaan sektor IKFT tidak bisa dikesampingkan dalam mendukung program Making Indonesia 4.0, di mana sektor IKFT termasuk sektor unggulan dalam peta jalan terebut,” tegas Khayam.
Pada tahun 2020, sektor IKFT memberikan sumbangsihnya sebesar 4,48 persen terhadap PDB nasional. Hal ini didorong oleh peran industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang mampu tumbuh di tengah pandemi sebesar 9,39 persen.
Selain itu pada 2020, ekspor sektor IKFT mencapai 33,99 miliar dolar dengan realisasi investasinya sebesar Rp 61,97 triliun yang didominasi oleh industri kimia dan bahan kimia. Sektor tersebut juga menyerap tenaga kerja hingga 6,24 juta orang.
Baca Juga: Dubes Ungkap Rencana Kunjungan Jokowi ke Uni Emirat Arab