Berbekal kapabilitas drilling speed yang mencapai delapan meter persen jam dan torque rate hingga 28.645 k.n.m, mesin ini berperan besar dalam upaya penggalian Tunnel #1 yang selesai pada 15 Desember 2020 dengan waktu durasi konstruksi selama 13 bulan.
Dalam praktiknya, pengeboran Tunnel #1 ini mengadopsi metode shield tunnelling dengan TBM, dan menggunakan bentonite slurry (campuran air dan bentonite) yang dialirkan menuju bagian depan mata bor untuk menurunkan temperatur mata mesin bor sekaligus mengalirkan sisa galian dari terowongan menuju Slurry Treatment Plant (STP).
STP memiliki pengaruh langsung pada keandalan dan kinerja pekerjaan pembuatan terowongan. Apabila terjadi kesalahan dalam konfigurasi teknis STP, maka TBM akan berhenti dan menghentikan potensi bahaya pada kondisi sekitarnya.
Dalam STP, slurry akan dipisahkan dari sisa galian untuk digunakan kembali dalam proses penggalian. STP melakukan penyaringan standar yang memisahkan tanah yang lengket sehingga menjadi partikel yang lebih besar seperti kerikil dan pasir.
Kemudian pada tahapan selanjutnya, dilakukan penyaringan untuk pasir halus, partikel berlumpur dan lempung halus. Proses penyaringan demi penyaringan ini dilakukan untuk memastikan kualitas bentonite yang dipakai tetap dalam kualitas terbaik.
Tidak hanya itu, bentonite slurry juga berguna untuk menurunkan temperatur mata mesin bor yang sedang beroperasi. Sehingga, bentonite slurry ini penting untuk dipastikan tetap dalam spesifikasi yang sudah ditentukan untuk mempertahankan penggalian yang efisien.
STP ini menjadi bagian sangat penting dalam proses penggalian tunnel #1 dikarenakan hasil buangan tanah yang sudah tergali ini harus terjamin dan aman dari zat berbahaya kimia yang dapat merusak lingkungan.
Dengan STP dalam pekerjaan Tunnel #1, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menunjukkan komitmen pembangunannya untuk tetap memperhatikan lingkungan dan bisa menerapkan konsep reduce, reuse, recyle dengan baik.