Di sisi global, reformasi kebijakan juga dilakukan pada forum G20. Untuk pertama kalinya pada 2008, G20 mengadakan pertemuan konferensi tingkat tinggi (KTT) yang melibatkan para pemimpin negara-negara anggotnya. Sebelumnya G20 hanya melibatkan menteri keuangan dari masing-masing negara.
“Karena negara-negara melihat, kalau terjadi apa-apa (krisis), dia punya pengaruh kepada region atau global. Jadi waktu krisis kedua dibuatlah forum kepala negara,” ujar Sri Mulyani.
Persamaan kedua, dalam setiap krisis, keuangan negara selalu memperoleh beban paling berat. Serupa dengan krisis-krisis sebelumnya, pada masa pandemi Covid-19, misalnya, Sri Mulyani mengatakan negara hadir membantu neraca keuangan yang berjatuhan, baik dari sisi rumah tangga, perusahaan, maupun perbankan.
Melalui regulasi yang dirancang saat krisis, celah defisit dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) diperlebar untuk dana pemulihan ekonomi nasional. Dana pemulihan ini salah satunya digunakan untuk menaikkan anggaran bantuan sosial (bansos) hingga belanja kebutuhan kesehatan.
“Makanya kalau keuangan sehat, kita harus makin menyehatkan lagi. Karena begitu terjadi hantaman, dia (keuangan negara) harus menjadi penyembuh dan penarik ekonomi balik lagi,” kata Sri Mulyani.
Baca: Sri Mulyani: Sekarang Semua Orang Ngurusin Utang Negara, It Is Good
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.