Untuk itu, Masato menilai, cara-cara baru dalam bekerja dan meningkatkan pentingnya kesehatan serta keselamatan di tengah pandemi dapat mendorong perekonomian negara.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Teguh Dartanto menekankan kepada pelaku bisnis untuk membangun sistem kerja yang lebih aman. Menurutnya, kesehatan dan keselamatan pekerja menjadi kunci dari produktivitas di masa depan.
"Karena apa? Kalau misalnya selama pandemi ini tenaga kerja merasa tidak aman tidak sehat untuk WFO, atau untuk pergi ke tempat kerja, ini bisa mempengaruhi mood, bisa mempengaruhi juga produktivitas dan inovasi-inovasi," jelas dia.
Ia mengungkapkan para pekerja di bidang manufaktur selama ini kurang mendapat perhatian terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga perlu ada komitmen kuat dari pelaku bisnis hingga tenaga kerja itu sendiri, terkait dengan protokol kesehatan dan keselamatan kerja.
Pemerintah pusat maupun daerah dinilai juga perlu membentuk suatu pedoman terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja selama pandemi, dengan dukungan sosialisasi masif.
Berdasarkan survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC), lebih dari 35 persen responden saat ini bekerja dengan sistem WFO dan WFH bergantian. Hanya 23,6 persen responden yang saat ini bekerja di rumah sepenuhnya.
Dari survei itu diketahui, umumnya sistem kerja selama pandemi sudah menerapkan aturan protokol kesehatan ketat saat WFO (Bekerja di Kantor). Selain itu, diketahui bahwa hanya 15,5 persen responden yang melakukan penambahan produk dan layanan serta mulai memperluas pasar (diversifikasi usaha).
Baca Juga: Cek Kilang Pertamina Balikpapan, Menaker Tekankan K3