Dengan data yang lebih lemah dari perkiraan menimbulkan keraguan pada garis waktu Federal Reserve AS untuk memulai pengurangan aset, investor sekarang menunggu keputusan kebijakan bank sentral, yang akan terbit pekan depan.
Sementara di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2021 kembali mengalami surplus, yang terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dibanding impor. BPS mencatat neraca dagang dalam negeri mengalami surplus US$ 4,74 miliar secara bulanan pada Agustus 2021.
Realisasi itu lebih tinggi dari surplus US$ 2,59 miliar pada Juli 2021 dan surplus US$ 2,33 miliar pada Agustus 2021. Secara total, akumulasi surplus neraca dagang Indonesia mencapai US$ 19,17 miliar pada Januari-Agustus 2021.
Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$ 21,42 miliar pada Agustus 2021 atau naik 20,95 persen dari US$ 17,71 miliar pada Juli 2021.
Sementara secara tahunan, nilainya melesat 64,1 persen dari US$ 13,06 miliar pada bulan Agustus 2020. Sedangkan nilai impor mencapai US$ 16,68 miliar. Nilainya naik 10,35 persen dari US$ 15,11 miliar pada bulan sebelumnya.
Secara tahunan, nilai impor Indonesia meroket 55,26 persen dari US$ 10,74 miliar pada Agustus 2020. Selain itu, Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2021 sebesar US$ 415,7 miliar atau setara dengan Rp5.902 triliun (asumsi kurs Rp 14.200) tumbuh 1,7 persen dari tahun sebelumnya (yoy), dan tumbuh 2 persen dari bulan sebelumnya.
Baca Juga: Transaksi Pakai Yuan dan Rupiah, UOB Ungkap Dampaknya ke Volatilitas dan Inflasi