Saat itu, jumlah saham BUMI yang beredar sekitar 20 miliar. Jika jumlah saham itu dikalikan Rp 50, maka nilai sahamnya berada di kisaran US$ 700 juta.
Ia yakin keputusannya benar karena perusahaan tersebut memiliki cadangan batu bara besar, tapi valuasinya tidak mahal. "Tentu saya bisa bertahan, masa saya punya perusahaan yang memiliki cadangan batu baranya US$ 300 miliar sedangkan valuasinya di bursa hanya US$ 700 juta," ucapnya.
Faktor lainnya membuatnya bertahan, menurut Pak Lo, adalah bantuan dari Tuhan. Saat itu BUMI hampir dipailitkan dan masuk dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) itu merupakan masa perjuangannya.
“Mukjizat karena harga sahamnya dari Rp 50 bisa dikonversikan ke Rp 926, mukjizat kedua harga batu bara uang US$ 50 bisa naik ke US$ 100, harga saham nya naik ke Rp 500 dan saya keluar, uang saya balik,” ucap Lo Kheng Hong.
BISNIS
Baca: HERO Jual IKEA Sentul City Senilai Rp 280 Miliar, karena Terbelit Utang?