Menurut peneliti, data-data ini mereka temukan pada 15 Juli 2021. Lalu, mereka menghubungi Kemenkes pada 21 Juli 2021. Setelah beberapa tidak ada respon, mereka pun menghubungi The Indonesia Computer Emergency Response Team (ID-CERT) hingga pihak Google.
Tapi, peneliti menyebut berbagai upaya untuk menghubungi sejumlah pihak ini tidak memperoleh jawaban. Sehingga, mereka mencoba menghubungi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada 22 Agustus 2022.
Menurut peneliti, mereka langsung memperoleh jawaban dari BSSN pada hari yang sama. Dua hari kemudian, pada 24 Agustus 2021, BSSN langsung menurun server tempat sumber kebocoran tersebut.
Hari ini, Selasa, 31 Agustus 2021, Kemenkes menggelar keterangan pers soal penggunaan eHAC melalui aplikasi PeduliLindungi. Kemenkes pun ikut merespons dugaan kebocoran data ini.
Kepala Biro Humas Kemenkes Widyawati Roko menyebut laporan ini baru dugaan kebocoran. "Sebuah insiden kebocoran baru 100 persen dikatakan bocor, jika sudah ada hasil audit digital forensik," kata dia.
Tempo juga mengkonfirmasi dugaan kebocoran pengguna eHAC ini kepada juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy Permadi. "Sedang kami investigasi," kata dia singkat.
Baca juga: Kemenkes: Dugaan Kebocoran Data Terjadi di eHAC Lama, Bukan di PeduliLindungi