Edwin menjelaskan holding ini juga akan mengutamakan platform kolaboratif dan terintegrasi. Hal itu dimulai dari pengelolaan pariwisata regional berbasis bandara melalui kolaborasi dengan stakeholder daerah.
Kemudian menciptakan super platform sebagai akses tunggal terhadap seluruh platform pendukung pariwisata. Terakhir, melakukan utilisasi big data untuk menyelaraskan produk jasa pariwisata dengan kebutuhan wisatawan.
Indonesia pun perlu memprioritaskan pasar domestik sebelum fokus ke pariwisata internasional. Terkait hal ini, sejumlah hal yang dibutuhkan adalah protokol kesehatan, insentif bagai maskapai, hotel, dan agen travel, digitalisasi sistem hingga pemasaran untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Dalam holding, PT Survei Udara Penas (Persero) akan menjadi induk holding yang mana saat ini nama perusahaan tersebut dalam proses berganti nama menjadi PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero).
Penandatanganan nota kesepahaman sembilan anak usaha BUMN pariwisata tentang kerja sama usaha pada subklaster customer experience untuk memberikan layanan yang terintegrasi berbasis teknologi informasi merupakan bagian menuju proses pembentukan holding BUMN pariwisata dan pendukung.
Holding BUMN ini terdiri atas kolaborasi sembilan anak usaha BUMN pariwisata dan pendukung dalam memberikan layanan terintegrasi terdiri atas anak usaha PT Angkasa Pura I (Persero) yakni PT Angkasa Pura Suports, PT Angkasa Pura Hotel, dan PT Angkasa Pura Logistik; anak usaha PT Angkasa Pura II (Persero) yakni PT Angkasa Pura Solusi, PT Gapura Angkasa, PT Angkasa Pura Kargo, dan PT Angkasa Pura Propertindo; anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) seperti PT Aero Systems Indonesia dan PT Aerojasa Cargo.
Baca juga: Sandiaga Uno Berharap Holding BUMN Pariwisata Melantai di Pasar Modal