TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Faisal Basri menyoroti sejumlah pernyataan pemerintah terkait penanganan Covid-19. Salah satunya, mengenai rumah sakit yang kehabisan tabung oksigen. Padahal, pemerintah mengatakan tabung oksigen cukup.
Ia juga menyoroti pembayaran rumah sakit dan insentif tenaga kesehatan yang ditunggak pemerintah.
"Ungovernable government: pemerintah bilang tabung oksigen cukup, tapi kian banyak rumah sakit teriak kehabisan tabung oksigen; pemerintah bilang uang cukup, tapi nunggak pembayaran rumah sakit dan insentif tenaga kesehatan yg bertarung nyawa demi menyelamatkan pasien covid," ujar Faisal Basri melalui cuitannya di akun @FaisalBasri, Ahad, 4 Juli 2021.
Belakangan, dikabarkan sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 di Yogyakarta tidak hanya mengalami krisis stok oksigen namun juga mengalami kekurangan tenaga kesehatan setelah banyak yang tumbang.
Sebagian dokter dan perawat positif Covid-19 dan harus menjalani isolasi. Situasi itu membuat sejumlah rumah sakit menambah beban kerja tenaga kesehatan yang tersisa dan memberlakukan sistem buka tutup.
Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Mohammad Komarudin kelimpungan menangani pasien Covid yang melonjak. Sebanyak 30 dari 70 dokter di rumah sakit tersebut terinfeksi Covid. Dari 250 perawat, 75 positif Covid.
Banyaknya dokter dan perawat yang tumbang dan harus isolasi mandiri membuat Komarudin menambah jam kerja tenaga kesehatan. Jam kerja ditambah dari delapan menjadi 16 jam untuk melayani pasien Covid di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan PKU Gamping, Sleman.
Satu dokter bekerja dalam dua shift. “Kalau keadaan memburuk, kami terjunkan dokter spesialis untuk jaga IGD,” kata Komarudin kepada Tempo, Ahad, 4 Juli 2021.