TEMPO.CO, Jakarta – Laba bersih PT Pertamina (Persero) sepanjang 2020 turun menjadi US$ 1,05 miliar atau Rp 15,3 triliun (asumsi kurs 14.572) ketimbang tahun sebelumnya. Pada 2019, laba bersih Pertamina mencapai US$ 2,35 miliar atau Rp 35,8 trilun.
“Pandemi Covid 19 belum usai, kinerja keuangan dan operasional 2020 menjadi positive driver untuk mewujudkan aspirasi pemegang saham menjadi perusahaan energi global di masa depan dengan nilai perusahaan mencapai US$ 100 miliar,” ujar Pjs Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, Fajriyah Usman, dalam keterangannya, Senin, 14 Juni 2021.
Perseroan mencatat sepanjang 2020, seluruh sektor ekonomi global dan industri minyak dunia terdampak kondisi pandemi Covid-19. Kondisi ini dibarengi dengan menurunnya kebutuhan energi dan anjloknya harga minyak dunia.
Kendati di tengah situasi global yang menantang, Pertamina menyebut perusahaan pelat merah itu tetap bisa mencetak kinerja yang positif. Hal itu ditunjukkan dengan EBITDA yang diperoleh sebesar US$ 7,6 miliar dengan EBITDA margin 18,3 persen.
Fajriyah menerangkan, sejak pandemi Covid-19, Pertamina melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja seperti permintaan Menteri BUMN Erick Thohir. Pertamina melakukan transformasi, optimasi, efisiensi, dan akuntabilitas di seluruh lini perusahaan sehingga pendapatan konsolidasian di akhir 2020 menyentuh US$ 41,47 miliar.