Meski begitu, menurut dia, jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia secara keseluruhan, jumlah investor pasar modal Indonesia saat ini masih terlalu kecil. Dalam hitungannya, berarti 5 juta investor dibandingkan total penduduk Indonesia per akhir 2020 yang sekitar 270,20 juta jiwa.
Edwin menilai akan lebih ideal jika jumlah investor Indonesia setidaknya bisa mencapai sekitar 10 juta investor atau bisa mencakup hampir 5 persen dari total penduduk di Tanah Air. “Kalau kita lihat negara-negara tetangga juga sudah lebih dari 10 persen. Target 10 juta atau menuju 5 persen itu tidak muluk-muluk, itu target yang konservatif. Bisa lah kita tumbuh segitu,” ujar Edwin yang juga merupakan Direktur PT MNC Asset Management.
Lebih jauh, ia menyebutkan semakin besar jumlah investor akan memperkuat ketahanan pasar modal sekaligus menambah daya tariknya karena semakin banyak investor artinya ketersediaan dana pun semakin besar. Alhasil, dari dalam negeri hal tersebut akan menarik minat para perusahaan yang mencari pendanaan dari pasar modal, baik melalui skema penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) maupun rights issue.
Dan dengan semakin banyak perusahaan yang masuk ke pasar modal akan mendongkrak kapitalisasi pasar dan sebagai efek domino selanjutnya akan menambah daya tarik bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia. Ia juga menyoroti kehadiran investor ritel, khususnya karakteristik investor yang cenderung memiliki pandangan investasi jangka pendek (short term view) sehingga membuat pasar bergerak lebih dinamis dan memiliki volatilitas tinggi.
Volatilitas tak harus selalu dipandang sebagai hal buruk, menurut dia, karena dinamika pasar sebenarnya dibutuhkan oleh para emiten, terutama mereka yang baru melantai di bursa. “Banyak emiten yang butuh investor ritel. Kalau hanya ada investor institusi, itu nggak jalan saham mereka. Volatilitas itu bagus, bisa meningkatkan frekuensi trading, meningkatkan market cap. Jika market tidak bergerak itu membosankan menurut saya,” tutur Edwin.
Namun ia juga mengingatkan pentingnya edukasi bagi para investor baru ini. Apalagi kini pasar modal didominasi oleh investor berusia muda, termasuk dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
Edukasi mengenai pasar modal, menurut Edwin, perlu berjalan secara paralel dengan bertambahnya jumlah investor domestik. Para stakeholder mulai dari BEI, OJK, hingga anggota bursa pun perlu bekerja sama untuk menciptakan iklim investasi yang sehat.
BISNIS
Baca: Perusahaan yang Terafiliasi dengan Sritex Ini Kembali Digugat PKPU