Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan bahwa program gasifikasi ini merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku batu bara yang banyak terdapat di Indonesia. "Sekaligus mengurangi impor LPG," kata dia.
Namun, kata dia, perlu ada penerapan teknologi yang tepat dalam program ini. Sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batu bara.
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebelumnya blakblakan mengkritik program gasifikasi batu bara dan biodiesel yang dijalankan pemerintah.
Pada program pengembangan batu bara untuk diolah menjadi Dimethyl Ether (DME) yang digadang-gadang dapat menekan impor liquefied petroleum gas (LPG), misalnya. Ahok menilai program tersebut tak ekonomis.
Pasalnya, pengolahan DME membutuhkan biaya yang lebih mahal ketimbang elpiji. "DME sebagai substitusi LPG menarik, tetapi mungkin memerlukan subsidi karena DME lebih mahal daripada LPG," ujar Ahok dalam diskusi di acara 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu, 2 Desember 2020. "Juga memiliki offtake jangka panjang."
Baca: Ahok Kritik Keras Program Gasifikasi Batu Bara dan Biodiesel