“Penjualan tumbuh 6 persen didorong oleh permintaan domestik dan minuman kesehatan (Vit C 1000 dan minuman jahe) dan juga pemulihan saluran distribusi general trade,” tulis manajemen dalam keterangannya. Penjualan ekspor produsen Tolak Angin tersebut dinilai juga masih melemah, meski membaik dari periode sebelumnya.
Dari 3 negara fokus ekspor utama Sido Muncul, terlihat Malaysia menunjukkan peningkatan pendapatan dengan rata-rata penjualan bulanan sudah kembali ke level sebelum Covid-19. Namun, Filipina dan Nigeria belum menunjukkan pemulihan yang signifikan. “Penjualan ekspor ditargetkan sebesar 2 persen dari total penjualan untuk full year 2020,” sambung manajemen.
Adapun rasio pengeluaran iklan dan promosi terhadap penjualan juga kini sudah di bawah 10 persen, sehingga pengeluaran operasional atau operational expenditure (opex) terhadap rasio penjualan dipertahankan pada level 19 persen. Sejalan dengan kenaikan pendapatan dan opex yang stabil, laba operasi bisa tumbuh 8 persen dengan margin stabil.
Posisi keuangan Sido Muncul juga cukup kuat dengan total liabilitas yang hanya sekitar Rp 394,95 miliar, ekuitas perseroan mencapai Rp 3,3 triliun. Hal ini membuat aset perseroan meningkat menjadi Rp 3,7 triliun hingga periode September 2020.
Sementara itu, kas setara kas perseroan hingga akhir kuartal ketiga tahun ini juga naik menjadi Rp 1,03 triliun. Kenaikan itu bila dibandingkan periode kuartal ketiga tahun lalu yang hanya berkisar Rp 959,45 miliar.
Baca: Sido Muncul Siapkan Strategi Hadapi Ancaman Perlambatan Ekonomi