Ariston menjelaskan, penguatan rupiah saat ini lebih didorong oleh sentimen pelemahan dolar AS yang juga menaikkan minat investasi terhadap aset-aset beresiko lainnya. Greenback mendapatkan tekanan akibat pasat khawatir terhadap potensi gangguan pemulihan ekonomi AS seiring dengan penyebaran Covid-19 tak kunjung terkendali di Negeri Abang Sam itu.
Sementara itu, prospek stimulus fiskal lanjutan hingga US$ 1 triliun yang akan digelontorkan Pemerintah AS untuk menolong pertumbuhan ekonominya pun menjadi katalis positif bagi aset-aset berisiko dibandingkan dengan dolar AS. Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,4 persen ke posisi 93,006.
Kepala Strategi Makro Asia Westpac di Singapura Frances Cheung mengatakan rupiah berhasil menguat bersama dengan sebagian besar mata uang Asia lainnya karena didukung oleh tren pelemahan dolar AS. Selain itu, ekspektasi investor global terhadap pertumbuhan ekonomi akan pulih setelah penurunan yang terjadi pada kuartal II pada 2020 berhasil menopang penguatan rupiah.
“Sentimen risk-on yang mendukung rupiah pada perdagangan kali ini, dan investor masih melihat adanya peluang untuk pemulihan ekonomi yang terkontraksi pada kuartal II/2020,” ujar Cheung seperti dikutip dari Bloomberg.
BISNIS