Lebih jauh, Faisal mengatakan suntikan APBN berupa bantuan sosial bagi penduduk miskin, rentan miskin, serta terdampak pandemi Covid-19 sangat membantu untuk menahan kemerosotan atau kontraksi ekonomi lebih dalam.
Faisal Basri menyebutkan, penurunan PDB pada kuartal II tahun 2020 tertolong oleh ekspor neto barang dan jasa (ekspor barang dan jasa dikurangi impor barang dan jasa). Pasalnya, impor merosot lebih tajam ketimbang penurunan ekspor, yaitu masing-masing 16,96 persen dan 11,66 persen.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah yang diharapkan naik malah mengalami penurunan. Itu sebabnya semua komponen pengeluaran telah mengalami kontraksi.
Seperti diketahui, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia, tumbuh negatif atau mengalami kontraksi dalam hingga 5,51 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan hampir seluruh komponen konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi, kecuali komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga dan kesehatan dan pendidikan.
Komponen PMTB tumbuh negatif hingga -6,9 persen pada kuartal II tahun 2020 (yoy). Adapun, realisasi investasi yang tercatat di BKPM (PMA dan PMDN) selama kuartal II tahun 2020 sebesar Rp 191,9 triliun, atau turun sebesar 8,9 persen (qtq) dan turun 4,3 persen (yoy).
BISNIS