"Kelompok milenial memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi terutama dalam dunia industri 4.0. Ini potensi SDM yang akan kami tangkap agar mereka bisa diberdayakan untuk menciptakan terobosan baru dalam bisnis akuakultur, utamanya bisnis budidaya udang nasional," kata Slamet.
Dia berharap program millenial shrimp farming cluster bisa menjadi peluang untuk kaum milenial. Keterlibatan kaum pemuda, menurutnya, bisa menjamin keberlanjutan program dari generasi ke generasi. Dengan begitu, dia optimis target peningkatan produksi udang sebesar 250 persen dalam lima tahun mendatang bisa tercapai.
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Nono Hartanto memaparkan, digitalisasi tambak udang milenial dilakukan pada sistem pengecekan kualitas air, biomass, pakan harian, serta pertumbuhan harian. Dengan begitu, pembudidaya tak perlu lagi melakukan pengecekan secara manual. Digitalisasi ini juga didukung oleh aplikasi budidaya berbasis data (smart farming).
“Budi daya udang vaname dengan padat tebar 250 ekor persen m2 dan diameter kolam 20 meter diharapkan mampu menghasilkan 1,2 ton persen siklus, sehingga dengan akan dibangun kolam sebanyak 40 unit akan menghasilkan 48 ton per siklus," ujar Nono.