Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, utang luar negeri atau ULN per April 2020 ini naik 0,6 persen ketimbang bulan sebelumnya. "Hal itu disebabkan oleh peningkatan utang publik," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resminya, Senin, 15 Juni 2020.
Onny menjelaskan utang luar negeri pemerintah tercatat senilai US$ 189,7 miliar atau sekitar Rp 2.684,2 triliun. Angka tersebut tumbuh 1,6 persen (yoy), berbalik dari kondisi bulan sebelumnya yang terkontraksi 3,6 persen (yoy).
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh arus modal masuk pada Surat Berharga Negara (SBN), dan penerbitan Global Bonds pemerintah sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan pembiayaan. Termasuk di antaranya untuk penanganan wabah Covid-19.
Adapun nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat dipicu kebijakan stimulus baru oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed). Pada pukul 09.33 WIB, rupiah menguat 47 poin atau 0,34 persen menjadi Rp 14.068 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.115 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston di Jakarta, Selasa, mengatakan kebijakan The Fed dini hari tadi yang mengeluarkan kebijakan stimulus baru untuk membantu perusahaan AS melewati pandemi menjadi sentimen negatif bagi dolar. "Kebijakan ini terlihat mendorong pelemahan dolar AS karena mendorong kenaikan likuiditas dolar AS," ucapnya.
The Fed baru saja meluncurkan program pembelian obligasi perusahaan AS di pasar sekunder dengan anggaran hingga US$ 750 miliar. "Stimulus bank sentral AS ini pun memberikan sentimen positif ke aset berisiko," kata Ariston.
Ia memperkirakan rupiah hari ini masih akan bergerak di kisaran Rp 14.000 per dolar AS dan potensi pelemahan ke Rp 14.150 per dolar AS. Pada Senin kemarin, rupiah menguat 18 poin atau 0,13 persen menjadi Rp 14.115 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.133 per dolar AS.
BISNIS | ANTARA