TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia atau World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 ini hanya akan mencapai 2,1 persen. Angka ini jauh di bawah proyeksi Bank Indonesia yang mencapai 4,2-4,6 persen.
Proyeksi tersebut dijabarkan dalam laporan bertajuk World Bank East Asia and Pacific Economic Update: April 2020 yang baru saja dipublikasikan kemarin, Senin, 30 Maret 2020. Perekonomian di Tanah Air disebut-sebut mendapat tekanan terbesar dari sisi ekspor dan impor.
Lebih jauh Bank Dunia memperkirakan laju ekspor dan impor pada 2020 masing-masing akan terkontraksi sebesar -2 persen dan -7 persen. Pelemahan ekspor dan impor ini melanjutkan kontraksi pada 2019 lalu yang masing-masing mencapai -0,87 persen dan -7,69 persen.
Bank Dunia juga memproyeksikan investasi stagnan atau dengan laju 0 persen. Hal tersebut berbeda dengan perkiraan BI soal investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih mampu tumbuh 3,1-3,5 persen tahun ini.
Adapun konsumsi swasta diproyeksikan bakal tumbuh rendah di angka 1,5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan konsumsi swasta tahun lalu yang mencapai 5,2 persen. Proyeksi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi BI atas konsumsi swasta yang mencapai 4,6-5 persen tahun ini.
Konsumsi swasta diproyeksikan turun karena adanya pembatasan pergerakan masyarakat oleh pemerintah untuk memperlambat laju penularan Covid-19.
Meski begitu, Bank Dunia memperkirakan ada satu komponen PDB yang akan tumbuh lebih tinggi pada tahun ini yaitu konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah diproyeksikan tumbuh 5 persenpada 2020, lebih tinggi dibandingkan proyeksi BI atas konsumsi pemerintah yang mencapai 2,1-2,5 persen.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang mencapai 3,3 persen. Konsumsi pemerintah ini diproyeksikan bertumbuh karena stimulus fiskal dari pemerintah untuk penanganan virus Corona.