Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman menyatakan minimnya pasokan garam industri membuat industri harus meminta garam ke sektor industri lain, salah satunya dari industri kertas. Ia mengaku telah mengajukan kuota garam impor sejumlah 550 ribu ton pada tahun ini. Akan tetapi, kuota garam impor yang disetujui untuk tahun ini adalah 300 ribu ton.
Industri makanan minuman meminta tambahan garam impor sejumlah 300 ribu ton pada awal semester II/2019. Sebelumnya, Adhi mengatakan pasokan garam industri di gudang industri makanan dan minuman sekitar 30 ribu pada awal Juli 2019.
Menurut Adhi, industri tersebut kini menggunakan garam dari industri kertas yang belum digunakan. “Garam industri makanan dan minuman. Saya belum cek di lapangan, tapi hari ini lagi dibahas mengenai kuota garam impor industri mamin,” katanya.
Adhi mengatakan permintaan kuota garam impor pada tahun depan akan tumbuh 5 persen menjadi 577.500 ton dari pengajuan tahun ini 550 ribu ton.
Menurutnya, sebagian pabrikan pengolah garam telah menghentikan produksi lantaran pasokan garam impor ke industri pengolah garam habis. Garam impor berfungsi untuk menaikkan kualitas garam lokal yang diserap oleh pabrikan dengan cara dicampurkan.
Pada awal Agustus 2019, Kemenperin telah memfasilitasi penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Penyerapan Garam Lokal tahun 2019-2020. Dari MoU ini, garam lokal akan diserap oleh industri sebanyak 1,1 juta ton. Target tersebut meningkat dari capaian serapan tahun lalu sebesar 1.053.000 ton.
Kesepakatan tersebut sebagai wujud nyata dari kerja sama antara 11 industri pengolah garam dengan 164 petani garam di dalam negeri. Para petani garam itu berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Berdasarkan neraca garam nasional, kebutuhan garam nasional tahun 2019 diperkirakan sekitar 4,2 juta ton. Jumlah tersebut terdiri dari kebutuhan industri sebesar 3,5 juta ton, konsumsi rumah tangga 320 ribu ton, komersial 350 ribu ton, serta peternakan dan perkebunan 30 ribu ton.
BISNIS