Menurut Andreas, presiden terpilih periode 2019-2024 nantinya akan mengalami permasalahan dasar yang sama, yakni tantangan jebakan impor (impor trap). "Kebijakan ke depan itu harus betul-betul dicermati dan diteliti karena kita sudah masuk ke impor trap itu. Ketika ada komoditas yang coba kita turunkan, pasti komoditas lain bergejolak," katanya, Rabu, 13 Februari 2019.
Selain itu, kata Andreas, kesejahteraan petani menjadi aspek pembangunan pertanian yang mestinya disinggung pula dalam debat capres. Pasalnya, kesejahteraan petani menjadi salah satu kunci dari produksi pangan berkelanjutan.
Sebelumnya, Sandiaga Uno pernah berjanji bersama Prabowo Subianto jika terpilih menjadi presiden akan mengupayakan kerjasama dengan para petani bawang merah. "Agar mendapat harga yang baik, bibit yang bisa disuplai, langsung dari sini dan juga mendapat pelatihan, pendampingan," ucapnya seperti dikutip dari cuitan di akun resmi Twitter-nya, @sandiuno, Selasa, 23 Oktober 2018.
Konkretnya, kata Sandiaga, pemerintah bakal membeli semua produk hasil petani. "Rencananya kita mau beli semua supaya harga itu tidak ditekan oleh para trader (pedagang). Dan kita juga ingin produk impor tidak merajai di sini karena selain tidak adil buat para petani, produk impor juga memperlemah," tuturnya.
Sebab, menurut Sandiaga, impor yang masif dilakukan pemerintah di tengah kondisi pelemahan kurs rupiah saat ini menjadi ancaman perekonomian. "Sekarang dengan harga dolar yang naik, ini menjadi salah satu ancaman kita. Insya Allah Prabowo-Sandi akan hadir untuk menyejahterakan para petani."
Adapun Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya menyatakan bahwa pihaknya tengah melirik peluang pasar komoditas bawang merah yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Enggartiasto di Kabupaten Lombok Barat, mengatakan peluang pasar dari komoditas bawang merah asal Bima ini dapat dilihat dari kualitas produksinya yang dinilai mampu bersaing dalam dunia ekspor.
"Jadi sebenarnya bisa diekspor, karena bawangnya Bima itu tumbuhnya bagus sekali," ujar Enggartiasto, Senin, 22 Oktober 2018. Hal itu diungkapkannya usai bertemu dengan Gubernur NTB H Zulkieflimansyah yang didampingi Kepala Dinas Perdagangan NTB, Selly Andayani.
Saat itu Enggartiasto mendapat penjelasan terkait potensi penjualan dari komoditas bawang merah asal Bima tersebut. "Jadi saya baru tahu, kalau bawang ini berwisata, dari Bima berwisata ke Brebes, dari Brebes ke tempat lain lagi. Kan yang boleh berwisata itu orang, masak bawang," ucapnya.
Baca: Lagi, AS Gugat Indonesia ke WTO Gara-gara Bawang Putih
Dari pemaparan yang didapat, Enggartiasto berencana mengejar target penjualan dari komoditas bawang merah asal Bima ini hingga merambah ke dunia internasional. "Sebenarnya potensinya besar, tetapi dia (produksi bawang merah) berfluktuasi. Padahal waktu panen berlebih, tidak ada bicara penyimpanan, jadi pascapanen itu yang menjadi masalah. Makanya pas tidak ada panen, harganya naik," ujarnya.
ANTARA