TEMPO.CO, Jakarta - Dompet Agus Priyo Hatmoko menebal karena pembangunan Jalan Tol Trans Jawa. Rumahnya di Jalan Sriwibowo Dalam II, Semarang Barat, akhirnya "terjual" setelah tak laku bertahun-tahun. Rumah seluas 280 meter persegi itu dulu ditawarkan Rp 700 juta. Pembangunan jalan tol Batang-Semarang sepanjang 75,7 kilometer menggusur rumahnya. Ia menerima uang ganti rugi Rp 1,6 miliar. "Sosialisasinya bagus dan enggak ada calo," kata pria 50 tahun itu, seperti dikutip dari majalah Tempo edisi Senin, 6 November 2017.
Simak: Proyek Jalan Tol Kunciran-Cengkareng, Sudah Sampai Mana?
Tak semua yang tergusur senang. Samsuddin, 39 tahun, misalnya, tetap tak mau menerima penggusuran. Ia menolak uang konsinyasi. Warga Dusun Jatirejo, Kendal, ini ingin tanahnya dihargai Rp 350 ribu per meter persegi. Pemerintah menawar tanah itu dengan harga Rp 220 ribu. Warga dusun menggugat ke pengadilan, tapi kalah. Mereka bertahan. "Kami tetap teguh sampai ada pemimpin yang peduli rakyat," ujar Samsuddin.
Pembangunan jalan tol Pemalang-Batang dan Batang-Semarang sepanjang 114,9 kilometer sempat mangkrak lantaran persoalan pembebasan lahan. "Itu kan dulu ada kontraktornya, tapi enggak jalan-jalan," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono, Selasa, 31 Oktober 2017.
Berkat berbagai gerakan "campur tangan" Presiden Joko Widodo, jalan tol Pemalang-Batang-Semarang kembali dibangun. Hingga saat ini, Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya Shastia Hadiarti menyebutkan pembebasan lahan sudah mencapai 80-90 persen. Adapun progres pembangunannya 28,85 persen untuk ruas Pemalang-Batang dan 48,47 persen untuk Batang-Semarang. "Tahun depan sudah mulai beroperasi," ucapnya.
Kedua jalan tol itu adalah bagian dari Jalan Tol Trans Jawa, yang rencananya dibangun dari Merak sampai Banyuwangi dengan kebutuhan anggaran Rp 44 triliun. Rencana pembangunan jalan tol ini sebenarnya muncul 20 tahun lalu. Program ini mandek. Jokowi menghidupkannya dengan rencana pembangunan jalan tol 1.800 kilometer di seluruh negeri, termasuk Jalan Tol Trans Jawa. Pemerintah mengklaim seluruh ruas jalan tol itu beroperasi paling lama akhir 2019.
Demi menuntaskan ambisi itu, Presiden terjun langsung di proyek Jalan Tol Trans Jawa. Salah satu jurusnya adalah memerintahkan PT Waskita Karya mengakuisisi saham PT Sumber Mitra Jaya, yang memegang konsesi ruas Pemalang-Batang. Lewat anak perusahaannya, PT Waskita Toll Road, badan usaha milik pemerintah itu membeli 60 persen saham PT Sumber Mitra senilai Rp 220 miliar pada Februari 2016. Cara ini terbukti ampuh. Empat bulan setelah akuisisi itu, pembangunan jalan tol dilanjutkan kembali.
PT Waskita Karya turut merebut konsesi ruas Batang-Semarang. Konsesi ini dulu dimiliki PT Marga Setia Puritama. Pemerintah mencabutnya pada 2015 dan mendepak PT Marga Setia sebagai badan usaha jalan tol ruas Batang-Semarang lantaran wanprestasi.
Pemerintah menggelar tender ulang ruas jalan tol itu. Konsorsium Waskita bersama PT Jasa Marga memenanginya pada awal 2016. Kedua perusahaan negara itu mengalahkan beberapa perusahaan, seperti Konsorsium Plus Expressway International Bhd, PT Nusa Raya Cipta, dan PT Saratoga Investama Sedaya serta Konsorsium China Harbour Indonesia dan PT Lancar Jaya Mandiri Abadi.
Menteri Basoeki menuturkan PT Marga Setia sempat berniat menggugat pemerintah karena telah mencabut hak konsesinya dan meminta ganti rugi. Niat itu batal. "Masak, kamu wanprestasi lalu saya tarik masak harus bayar? Ini barangku, lho," ucapnya. Dia lalu melaporkan persoalan tersebut ke Jokowi. Presiden, kata Basoeki, dengan tegas memerintahkan melanjutkan pembangunan jalan tol. "Itu yang bikin kami pede (percaya diri)," tuturnya.
Tugas merebut kembali proyek jalan tol yang terbengkalai itu ternyata sudah dimulai ketika awal-awal Jokowi terpilih menjadi presiden. Shastia mengatakan, sejak 2014, PT Waskita mulai membidik ruas-ruas yang mangkrak. Langkah ini, menurut dia, adalah misi pemerintah yang ingin mempercepat pembangunan infrastruktur. Salah satunya ruas Pemalang-Batang dan Batang-Semarang. "Sudah kami kaji. Secara proyek dan bisnis, kedua jalan tol itu layak kami ambil alih," ujarnya.
TIM TEMPO