Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Emil Salim Beberkan Alasan Lulusan IPB Emoh Jadi Petani

image-gnews
Dewan Penasihat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Prof Emil Salim saat berkunjung di Gedung Tempo, Jakarta, 17 Januari 2017. TEMPO/Nufus Nita Hidayati
Dewan Penasihat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Prof Emil Salim saat berkunjung di Gedung Tempo, Jakarta, 17 Januari 2017. TEMPO/Nufus Nita Hidayati
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim, mengatakan sektor pertanian dan pekerjaan sebagai petani kini tak lagi dilirik karena tidak menarik. Padahal pekerjaan itu sangat penting.

Emil mengatakan salah satu sebabnya adalah pendapatan petani yang tak sebanding dengan ongkos hidupnya. Jika dibandingkan dengan sektor perkebunan saja, misalnya, angkanya jauh lebih rendah.

"Akibatnya banyak orang lari bukan ke produksi pangan, tapi perkebunan, seperti kelapa sawit," katanya saat berdiskusi dalam Forum for Youth Indonesians di Usmar Ismail Hall, Jakarta, Ahad, 22 Oktober 2017.

Pendapatan yang rendah itu membuat anak petani enggan mengikuti jejak orang tuanya. Mereka memilih pergi ke kota hingga terjadi urbanisasi. Emil bahkan menyoroti lulusan Institut Pertanian Bogor, yang banyak memilih bekerja di luar bidang pertanian, salah satunya perbankan.

Siklus tersebut membuat lahan-lahan pertanian kekurangan tenaga pemuda. Di desa, petani didominasi orang tua. Padahal pertanian perlu terus dilestarikan untuk menjaga ketahanan pangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu bagaimana membuat anak muda berkontribusi di sektor pertanian? Emil menyatakan kuncinya ada pada teknologi. Kegemaran anak muda memanfaatkan teknologi untuk kehidupan sehari-hari bisa dijadikan peluang untuk dikembangkan.

"Ada contoh generasi milenial yang menggunakan teknologi sensor untuk mendeteksi kondisi tanah pertanian lewat handphone sampai mendeteksi kondisi ikan di empang," ujar Emil. Dengan pemanfaatan teknologi seperti itu, mereka mampu menaikkan produksi pangan dan perikanan.

Emil menuturkan pendekatan seperti itu bisa menarik banyak pemuda ke sektor pertanian. Pasalnya, peluang di sana terbuka lebar. Dia pun berpesan kepada pemuda untuk terus belajar dan menambah kemampuan di bidang teknologi. "Kembangkan teknologi, cari kesempatan, dan gunakan perasaan," ucapnya.

VINDRY FLORENTIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

6 jam lalu

Suporter Indonesia bersorak untuk timnya saat pertandingan Semifinal Piala Asia U23 Qatar 2024 antara Indonesia vs Uzbekistan di Stadion Abdullah Bin Khalifa di Doha, Qatar, 29 April 2024. Perjuangan timnas Indonesia U-23 sepanjang Piala Asia di Qatar selalu mendapat dukungan dari suporter setianya Noushad Thekkayil/NurPhoto
Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.


Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

2 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.


Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

5 hari lalu

Pakar Serangga IPB University, Prof. Tri Atmowidi. Dok. Humas IPB University
Pakar Serangga IPB Ungkap Spesies Baru Serangga yang Bermanfaat bagi Manusia

Berbagai serangga yang memberikan manfaat bagi manusia berupa produk yang bernilai komersial.


Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

5 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.


Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

5 hari lalu

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB University, Prof. Nancy Dewi Yuliana. Dok Humas IPB University
Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.


Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

7 hari lalu

LPDP. lpdp.kemenkeu.go.id
Jumlah Penerima LPDP 2024 Capai 39.040 Orang, IPB Masuk 4 Besar Pilihan Terbanyak

Selain IPB, ada beberapa kampus favorit di dalam negeri maupun luar negeri tujuan beasiswa LPDP tahun lalu yang bisa dijadikan referensi.


Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

9 hari lalu

Mykola Solsky. wikipedia.org
Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar


Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

11 hari lalu

Cuplikan video padi di gurun Dubai, yang dikembangkan CIna,  7 April 2024 (Asia Hot Topics)
Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.


Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

12 hari lalu

Sejumlah buruh tani menanam benih padi. TEMPO/Budi Purwanto
Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

12 hari lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.