Jokowi Minta Bank Segera Turunkan Suku Bunga Kredit dan Deposito

Reporter

Senin, 28 Agustus 2017 18:29 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, 16 Mei 2017. Dalam konferensi pers yang digelar bersama sejumlah tokoh lintas agama tersebut, ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keutuhan bangsa dalam bingkai NKRI. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta suku bunga kredit dan deposito segera diturunkan. Hal itu dilakukan menyusul telah diturunkannya suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate oleh Bank Indonesia.

"Arahan Presiden Joko Widodo jelas, supaya suku bunga kredit bisa diturunkan wong inflasinya sudah rendah, suku bunga acuannya juga sudah 4,5 persen," ujar Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso usai menemui Presiden Joko Widodo, Senin, 28 Agustus 2017

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 Agustus lalu memutuskan menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis point dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen. Hal itu diikuti suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing 3,75 persen dan 5,25 persen.

Hal itu salah satunya untuk mendorong konsumsi dan pertumbuhan kredit di Indonesia yang masih di bawah target. Pada awalnya, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit dua digit yaitu 10-12 persen. Namun, kenyataannya, target pertumbuhan itu harus direvisi menjadi 8-10 persen.

Wimboh melanjutkan bahwa Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan OJK untuk mengawal penerapan suku bunga acuan baru ini. Sederhananya, kata Wimboh, OJK harus memantau industri perbankan dalam menurunkan suku bunga deposito dan kredit.

"Formulanya, bank-bank harus transparan dalam hal struktur, pricing deposito, pricing kredit. Kalau transparansinya sudah ada ketentuannya, tinggal monitor dan tracking saja," ujar Wimboh menegaskan.

Wimboh mengakui bahwa tidak gampang bagi industri perbankan untuk segera menurunkan suku bunga dana maupun kredit. Ia berkata, proses transmisi membutuhkan waktu, termasuk menyesuaikan dengan jatuh tempo deposito yang bisa memakan waktu hingga 6 bulan. Oleh karenanya, ia tidak heran Bank Indonesia mengatakan bahwa penerapan perubahan suku bunga acuan membutuhkan waktu 1 hingga 2 kuartal.

"Kalau bisa lebih cepat ya lebih bagus. Kalau rata-rata deposito itu kan jatuh temponya 1-3 bulan, paling lama 6 bulan," ujarnya menegaskan.

Saat dimintai tanggapan perihal pihak-pihak yang merasa penurunan suku bunga dana merugikan investasi mereka, Wimboh menanggapi hal itu dengan santai. Menurutnya, tidak ada alternatif instrumen investasi yang lebih tinggi dibandingkan deposito. "Kalau merasa bunga deposito kurang menguntungkan, ya beralihlah ke investasi lainnya. Perusahaan harus banyak yang IPO di pasar, surat hutang dan sebagainya," ujar Wimboh mengakhiri.

ISTMAN MP

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

1 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

1 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

2 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

3 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

3 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya