TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah memastikan sistem tender impor beras akan sama dengan yang dilakukan sebelumnya, yakni sistem terbuka.“Teknis tendernya seperti waktu lalu,” ujar Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, usai membagikan raskin secara simbolis, Sabtu (23/12) di Kantor Bulog Divre DKI Jakarta.Dijelaskannya, proses tender dipilih pemerintah agar hasilnya setransparan mungkin. “Masyarakat bisa melihat proses dan dari mana beras datang. Kalau tender seharusnya harga termurah yang bisa diperoleh,” tuturnya.Sedangkan, untuk pintu pelabuhan mana saja sebagai tempat masuknya beras impor, Mari menyatakan, masih belum diputuskan. “Sedang disusun jumlah pelabuhannya,” katanya.Ditanya dari negara mana beras impor berasal, Mari menjawab, “Bisa dari mana saja. Kan sifatnya tender.”Ia kembali menegaskan kebijakan impor beras diambil karena pemerintah berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga, baik di tingkat atas maupun bawah. “Kami tidak ingin gejolak harga terlalu tinggi, karena akan memberatkan konsumen terutama yang pendapatannya rendah. Kami juga tidak ingin harga anjlok di bawah karena akan merugikan petani,” ucapnya.Peran pemerintah menstabilkan harga dengan cara operasi pasar dan mempercepat raskin, menurut Mari, secara tidak langsung akan mengurangi stok Bulog sekitar 200 ribu ton untuk tiga bulan ke depan. “Apalagi kita menghadapi panceklik. Untuk mengisi stok Bulog yang tidak sepenuhnya dari dalam negeri maka diperlukan impor untuk menjaga dan mengantisipasi stok cukup untuk operasi pasar dan raskin,” paparnya.Mari juga menilai keputusan impor sebagai konsekuensi yang harus bisa diterima seluruh masyarakat karena adanya sifat musiman yang dihadapi Indonesia. “Begitu masuk panen raya, bulan Maret, Bulog akan mengadakan dari dalam negeri. Kita akan surplus lagi. Ini aspek musiman yang selalu dihadapi Indonesia,” tukasnya.RR ARIYANI / AGOENG WIJAYA