Penyebab Laba Emiten Consumer Goods Naik Meski Daya Beli Rendah

Reporter

Jumat, 4 Agustus 2017 02:47 WIB

Wakil Gubernur DKI Jakarta Terpilih, Sandiaga Uno, resmi membuka perdagangan saham hari ini dan meluncurkan program OK OCE (One Kecamatan One Center for Entrepreneurship) Stock Center yang telah diresmikan pada April 2017 lalu di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2 Juni 2017. Dalam pembukaan, Sandi berharap IHSG bisa terus naik sehingga bisa mencapai 6.100. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja sejumlah emiten-emiten consumer goods mengalami perbaikan semester satu 2017 karena laba yang naik dibandingkan periode pertama tahun lalu. Laba PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) misalnya tercatat mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp 2,23 triliun menjadi Rp 2,27 triliun.

Analis Indosurya Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan kenaikan tersebut lebih disebabkan oleh kembali positifnya harga komoditas, sehingga mendorong beberapa emiten yang bergerak sektor tersebut kembali bergairah. “Artinya mereka ada pemasukan tambahan, maka secara tidak langsung memberikan dampak ke sisi consumer dari sisi konsumtifnya,” ujarnya, saat dihubungi Tempo, Kamis, 3 Agustus 2017.

Simak: Laba Bersih BRI Tumbuh 10,4 Persen di Semester I 2017

Selain itu, menurut William kenaikan itu juga ditopang oleh musim puasa dan lebaran yang mendorong tingkat konsumsi masyarakat. “Jadi consumer goods memberikan kontribusi positif.” Dia mengatakan di semester kedua perekonomian diprediksi bergerak lebih cepat, sehingga turut menjadi penggerak daya beli masyarakat. “Kalau dilihat dari sisi consumer karena kebutuhan lebih ke perusahaan sehari-hari masih akan cukup bagus, karena kebutuhan masih akan banyak ke sana,” ucapnya.

William menuturkan dari sisi toko ritel supermarket dan swalayan akhir-akhir ini juga banyak melakukan strategi pemasaran yang mendorong tingkat konsumsi masyarakat lebih tinggi. “Mereka gencar melancarkan paket-paket promo dalam penjualan, misal mereka nggak butuh beli kapas tapi mau nggak mau beli kapas karena di paketnya ada itu,” katanya.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira membantah jika hal itu disebabkan oleh daya beli masyarakat yang mulai meningkat. Dia mengatakan perbaikan kinerja itu hanya terjadi pada emiten yang berbasis komoditas, karena kenaikan harga minyak dan hasil perkebunan. “Kalau ritelnya banyak yang negatif, consumer goods yang dibeli masyarakat umum.”

Bhima menjelaskan anjloknya daya beli masyarakat sudah mulai terjadi sejak 2014 lalu. Saat ini juga belum membaik signifikan, di satu sisi kinerja industri ritel dan pengolahan juga masih mengalami penurunan.


Faktor penyebab yang pertama kata dia di kalangan masyarakat berpenghasilan bawah mengalami pertumbuhan pengeluaran yang kecil yaitu 1,89 persen. Hal itu disebabkan oleh penyesuaian pengeluaran karena pengurangan subsidi listrik dan energi. “Kemudian yang 20 persen masyarakat berpenghasilan atas justru menahan konsumsi dan pindah ke saving, bukannya nggak punya uang.”

Bhima berujar kunci dari pemulihan daya beli ada di pengendalian harga, baik dari harga bahan pangan bergejolak (volatile foods) ataupun harga barang yang diatur pemerintah (administered prices). “Pemerintah harus bisa kendalikan volatile foods dan harus punya siasat jangan sampai listrik, BBM, dan LPG ada kenaikan, sehingga sampai akhir tahun daya beli masih bisa tumbuh,” ucapnya.

Bhima menuturkan perekonomian Indonesia saat ini tengah mengalami fase deindustrialisasi, dengan kunci berada di sektor industri terutama pengolahan dan kecil yang masih menurun kinerjanya.


Menurut dia investasi di Indonesia tetap tumbuh meskipun terdapat indikasi mengalami penurunan kualitas. “Karena investasi meningkat tapi penyerapan tenaga kerja menurun.” Pada semester satu tahun lalu tenaga kerja yang terserap mencapai 680 ribu, sedangkan tahun ini menurun menjadi 539 ribu.

“Kita lihat apakah kemudian investasi ini meningkatnya ke sektor yang padat modal dan teknologi, atau kenapa banyak investor yang masuk bukan ingin sektor yang padat karya,” katanya. Hal itu kata Bhima diduga disebabkan oleh momen yang belum tepat untuk kembali menggeliatkan industri paket karya, seperti tekstil dan alas kaki. “Nah solusinya balik lagi ke paket kebijakan yang udah terbit itu bagaimana.”

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

Bank BJB Raih Laba 2,14 Triliun Rupiah di 2023

58 hari lalu

Bank BJB Raih Laba 2,14 Triliun Rupiah di 2023

Kinerja keuangan bank bjb terbukti tetap solid dan mampu bertumbuh sepanjang 2023.

Baca Selengkapnya

PT Elnusa Bukukan Kinerja Gemilang Sepanjang 2023

1 Maret 2024

PT Elnusa Bukukan Kinerja Gemilang Sepanjang 2023

PT Elnusa Tbk (ELSA) melaporkan kinerja keuangan konsolidasi tahun 2023. Elnusa berhasil menutup 2023 dengan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya

BPK Temukan Potensi Kerugian Negara Rp 18,19 Triliun pada Semester I -2023

5 Desember 2023

BPK Temukan Potensi Kerugian Negara Rp 18,19 Triliun pada Semester I -2023

Ketua BPK Isma Yatun menyatakan ada potensi kerugian negara Rp 18,19 triliun dari hasil pemeriksaan sepanjang semester I - 2023.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Gemilang, Analis Rekomendasikan Saham BBRI

14 November 2023

Kinerja Keuangan Gemilang, Analis Rekomendasikan Saham BBRI

Kinerja keuangan impresif yang dicatatkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk hingga kuartal III-2023 diikuti dengan sentimen positif terhadap saham BRI (BBRI).

Baca Selengkapnya

Cara Membuat Laporan Keuangan untuk Pemula dan Jenisnya

9 November 2023

Cara Membuat Laporan Keuangan untuk Pemula dan Jenisnya

Cara membuat laporan keuangan yang efektif untuk pemilik bisnis penting untuk diketahui. Adanya laporan keuangan akan membantu mengevaluasi bisnis.

Baca Selengkapnya

Naik 16,9 Persen, Pendapatan Emiten Teladan Prima Agro Kuartal III 2023 Rp 2,89 T

31 Oktober 2023

Naik 16,9 Persen, Pendapatan Emiten Teladan Prima Agro Kuartal III 2023 Rp 2,89 T

Emiten sawit PT Teladan Prima Agro Tbk (IDX: TLDN) mencatat realisasi pendapatan sebesar Rp 2,89 triliun hingga kuartal III 2023.

Baca Selengkapnya

Memahami Laporan Keuangan Perusahaan dan Jenis-Jenisnya

21 September 2023

Memahami Laporan Keuangan Perusahaan dan Jenis-Jenisnya

Sebelum mengambil langkah untuk memulai usaha baru, pastikan untuk memahami dengan baik laporan keuangan terlebih dahulu.

Baca Selengkapnya

Pengertian Neraca Saldo Lengkap dengan Cara Membuatnya

13 September 2023

Pengertian Neraca Saldo Lengkap dengan Cara Membuatnya

Neraca saldo adalah istilah yang berhubungan dengan akuntansi. Namun, apa itu neraca saldo? Berikut ini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Kempit Laba Bersih Rp 448 Miliar, Angkasa Pura I Sebut Sumber Peningkatan Performa

30 Agustus 2023

Kempit Laba Bersih Rp 448 Miliar, Angkasa Pura I Sebut Sumber Peningkatan Performa

PT Persero Angkasa Pura I (AP I) mencetak laba bersih sebesar Rp448 miliar pada periode Januari hingga Juli 2023.

Baca Selengkapnya

Waskita Karya Diminta Kembalikan PMN Rp 3 Triliun, Bagaimana dengan yang Terlanjur Cair?

7 Agustus 2023

Waskita Karya Diminta Kembalikan PMN Rp 3 Triliun, Bagaimana dengan yang Terlanjur Cair?

Pemerintah memutuskan membatalkan dana PMN ke Waskita Karya. Padahal PMN dalam Tahun Anggaran 2022 sudah terlanjur cair.

Baca Selengkapnya