TEMPO.CO, Jakarta - Pasar saham Wall Street tadi malam, Selasa 18 Juli 2017, ditutup bervariasi. Indeks DJIA ditutup koreksi. Sementara indeks S&P dan Nasdaq tutup di rekor terbaru.
Analis Firts Asia Capital David Sutyanto mengatakan sentimen pasar saham Amerika digerakkan sejumlah isu individual, terutama respons atas sejumlah rilis laba emiten kuartal II 2017. "Pasar juga digerakkan dengan isu kebijakan reformasi kesehatan yang diajukan Presiden Amerika Donald Trump," ujarnya seperti dilansir keterangan tertulis, Rabu, 19 Juli 2017.
Usulan tersebut kurang mendapat dukungan dari anggota Senat Partai Republik. Dampaknya, muncul kekhawatiran agenda reformasi kebijakan lainnya yang selama ini dikenal sebagai kebijakan ‘pro growth’, terutama reformasi perpajakan, tidak mudah diloloskan.
Indeks DJIA ditutup koreksi 0,25 persen di 21.574,73. Koreksi disebabkan pelemahan di saham Goldman Sachs setelah laporan menyebutkan perusahaan mengalami penurunan 40 persen pendapatan dari perdagangan obligasi di kuartal II 2017.
Sementara Indeks S&P berhasil mencatatkan level tertinggi baru di 2.460,61. Indeks naik 0,06 persen terutama ditopang saham-saham berbasis informasi dan teknologi.
Indeks Nasdaq juga tutup di rekor baru di 6.344,31. Indeks naik 0,47 persen terutama ditopang kenaikan saham Netflix hingga 13 persen.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.