Oktober 2017, Semua Jalan Tol Gunakan Pembayaran Non Tunai

Reporter

Rabu, 31 Mei 2017 20:12 WIB

Suasana lalu lintas yang lengang di lajur arteri dan tol dalam kota di ruas jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, 3 Juli 2016. Sejumlah jalan raya dan protokol di ibukota Jakarta yang biasa dipadati kendaraan bermotor mulai lengang karena banyak warga yang sudah pulang kampung atau mudik untuk libur dan cuti bersama dalam rangka Idul Fitri 1437 Hijriyah. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan 35 ruas tol tak lagi menerima tunai pada Oktober 2017. Saat ini, baru 25 persen dari 35 ruas jalan tol di Indonesia yang memanfaatkan pembayaran non-tunai.

Setelah semua ruas tol tak lagi menerima tunai, pemerintah menargetkan integrasi sistem ruas jalan tol. Pemerintah akan menghilangkan gerbang-gerbang tol perantara paling lambat Desember 2017.



Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mencontohkan perjalanan dari Jakarta ke Cirebon melalui tol. "Pengendara nantinya hanya perlu tap di Jakarta dan Cirebon," kata dia di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 31 Mei 2017.

Baca: Arus Mudik Lebaran Diprediksi Lancar, Ada 10 Pintu Keluar Brexit

Setelahnya, pemerintah menargetkan penerapan multi lane free flow. Kendaraan nantinya bisa melaju di jalan tol tanpa perlu transaksi di gerbang tol. "Nanti pakai sistem radio," kata Agus. Penerapan tersebut ditargetkan terealisasi paling lambat akhir 2018.

BI dan Kementerian PUPR membagi empat tahapan elektronifikasi non-tunai. Tahap pertama, elektronifikasi diterapkan di seluruh jalan tol pada Oktober 2017. Setelahnya, pemerintah fokus terhadap integrasi sistem ruas jalan tol.

Tahap ketiga adalah integrasi ruas jalan tol serta pembentukan konsorsium ETC. Terakhir, penerapan multi lane free flow.

Baca: Menjelang Lebaran, Bank Mandiri Siapkan Dana Tunai Rp 23,5 Triliun

Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bersama BI akan membentuk konsorsium electronic toll collection (ETC) untuk mengatur sistem pembayaran non tunai di jalan tol. Konsorsium ditargetkan sudah mulai beroperasi pada Oktober 2017.

Agus mengatakan pembentukan konsorsium masih dalam tahap pembahasan. "Stakeholders-nya terdiri dari perbankan, Badan Usaha Jalan Tol, dan switching," kata dia. Pembentukan konsorsium ditujukan untuk mendukung elektronifikasi.

Agus menuturkan konsorsium akan berperan banyak dalam program elektronifikasi. Salah satu tugasnya adalah mengintegrasikan informasi data transaksi dan tarif ruas jalan tol. Pasalnya, pemerintah ingin semua perbankan mendapat kesempatan menyediakan uang elektronik.

Tugas lainnya adalah mengelola sarana dan prasarana pembayaran di jalan tol. Konsorsium wajib mengurus pengadaan mesin pembaca kartu yang bisa merespons kartu dari berbagai macam bank.

Konsorsium juga akan menangani penyempurnaan model bisnis dan aspek teknis elektronifikasi. Pemerintah berencana membuat sistem merchant discount rate (MDR). MDR merupakan pengganti biaya yang harus dibayarkan bank kepada operator dari pembayaran non-tunai sebesar 0,3 persen.

VINDRY FLORENTIN

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

20 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya