ICW Ragu Orang Kaya Taat Membayar Pajak

Reporter

Rabu, 17 Mei 2017 09:10 WIB

Ilustrasi pajak. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta - Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW), Firdaus Ilyas mempertanyakan pembayaran pajak orang-orang kaya di Indonesia yang memiliki deposito di atas Rp 2 miliar. Menurut Firdaus, banyak orang kaya itu yang diperkirakan belum membayar pajak sesuai kewajiban.

Baca: Direktorat Jenderal Pajak Buru Wajib Pajak Nakal

"Kita punya banyak orang kaya di bidang sumber daya alam, sebagai broker, dan lainnya, tapi apakah sudah memberi kontribusi ke negara? Saya rasa tidak," tutur Firdaus Ilyas dalam Diskusi Publik di Hotel Four Points, Jakarta Pusat, Selasa, 16 Mei 2017.

Baca: DJP Sebut Baru 58,97 Persen Wajib Pajak Lapor SPT


Berdasarkan data LPS, pada Februari lalu jumlah rekening simpanan dengan saldo di atas Rp 2 miliar naik 0,17 persen menjadi 239.318 rekening dari Januari sebesar 238.908 rekening. Hal tersebut dibarengi dengan kenaikan jumlah simpanan sebesar 0,94 persen dari Rp 2.769 triliun di Januari menjadi Rp 2.795 triliun pada Februari.

Baca: DJP Klarifikasi Soal Kekhawatiran Fadli Zon

Meski jumlah rekening bertambah, faktanya nilai setoran Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan Pasal 25 dan 29 ke negara pada 2015 hanya sebesar Rp 4 triliun sampai Rp 8 triliun. Padahal menurut Firdaus, potensi dari Wajib Pajak (WP) yang memiliki kewajiban membayar PPh Pasal 25 dan 29 bisa mencapai lebih dari Rp 200 triliun.

"Karena itu, banyak orang kaya, tapi yang taat pajak harus dicari. Di mana keadilan pajak kita. Karyawan biasa pendapatannya dipotong pajak. Bagaimana dengan orang kaya yang bebas melenggang tanpa membayar pajak," tuturnya.

Firdaus berharap, program tax amnesty atau pengampunan pajak yang digulirkan pemerintah sejak Juli tahun lalu dan berakhir pada Maret tahun ini dapat menjadi awal bagi pemerintah dalam membenahi sistem perpajakan, terutama dalam memperluas basis pajak. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan jumlah penerimaan negara melalui pajak karena nama-nama Wajib Pajak (WP) telah terdata.

Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak Direktorat Jenderal Pajak, Awan Nurmawan Nuh menambahkan, pihaknya menjamin dalam reformasi perpajakan ke depan, mereka akan memiliki data terintegrasi dengan banyak instansi pemerintah maupun swasta, sehingga data akan lebih mudah untuk diawasi.

"Semua aktivitas wajib pajak akan terekam dalam sistem, sehingga pengawasan akan lebih efektif. Kami sedang petakan wajib pajak sesuai risiko dia. Karena pada dasarnya tidak ada yang namanya pengemplang, cuma tidak patuh saja," kata dia.

DESTRIANITA

Berita terkait

KPK Sebut Kasus Dugaan Penerimaan Gratifikasi oleh Kepala Kantor Pajak Jakarta Timur Masih Penyelidikan

2 hari lalu

KPK Sebut Kasus Dugaan Penerimaan Gratifikasi oleh Kepala Kantor Pajak Jakarta Timur Masih Penyelidikan

KPK masih melakukan penyelidikan terhadap KPP Madya Jakarta Timur Wahono Saputro untuk kasus dugaan penerimaan gratifikasi dan TPPU.

Baca Selengkapnya

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

3 hari lalu

Direktorat Jenderal Pajak dan Australia Kerja Sama bidang Pertukaran Informasi Cryptocurrency

Kesepakatan kerja sama ini dirancang untuk meningkatkan deteksi aset yang mungkin memiliki kewajiban pajak di kedua negara.

Baca Selengkapnya

Mantan Dirut RSUP Haji Adam Malik Jadi Tersangka Korupsi, Pakai Uang Pajak untuk Kepentingan Pribadi

4 hari lalu

Mantan Dirut RSUP Haji Adam Malik Jadi Tersangka Korupsi, Pakai Uang Pajak untuk Kepentingan Pribadi

Kejaksaan menetapkan mantan Direktur Utama RSUP Haji Adam Malik Medan, Bambang Prabowo, sebagai tersangka korupsi.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru

5 hari lalu

Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru

Peneliti ICW Diky Anandya mengatakan, pertemuan Alexander Marwata dan Eko Darmanto dilakukan dalam rangka aduan masyarakat pada Maret 2023.

Baca Selengkapnya

ICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor

15 hari lalu

ICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor

Sebanyak 240 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin mendapat remisi Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Intip Promo Lebaran Package Richeese Factory dan KFC Bucket Hampers

17 hari lalu

Intip Promo Lebaran Package Richeese Factory dan KFC Bucket Hampers

Dalam rangka semarak Lebaran, Richeese Factory mengeluarkan promo Lebaran Package, sedangkan KFC punya paket KFC Bucket Hampers.

Baca Selengkapnya

Per Maret 2024, Setoran Pajak Ekonomi Digital Mencapai Rp 23,04 Triliun

18 hari lalu

Per Maret 2024, Setoran Pajak Ekonomi Digital Mencapai Rp 23,04 Triliun

Ditjen Pajak Kemenkeu mencatat penerimaan negara dari sektor usaha ekonomi digital hingga 31 Maret 2024 mencapai Rp 23,04 triliun.

Baca Selengkapnya

Remisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012

18 hari lalu

Remisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012

Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap menilai remisi terhadap para koruptor lebih mudah setelah pencabutan PP 99 Tahun 2012 oleh Mahkamah Agung.

Baca Selengkapnya

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

19 hari lalu

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?

Baca Selengkapnya

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

22 hari lalu

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

tersiar kabar KPK akan dihapuskan lalu digabungkan dengan Ombudsman, bagaimana awalnya?

Baca Selengkapnya