Presiden Joko Widodo bersama Presiden China Xi Jinping menghadiri pembukaan Belt and Road Forum For International Cooperation di Beijing, China, 15 Mei 2017. AP Photo
TEMPO.CO, Jakarta - Para diplomat barat mengkritisi pertemuan para petinggi negara di Konferensi Tingkat Tinggi One Belt One Road (KTT OBOR) yang diprakarsai Cina. Mereka menilai inisiatif Belt and Road merupakan upaya Cina untuk memperluas pengaruhnya di dunia internasional. Mereka juga mempertanyakan ihwal transparansi dan akses bagi perusahaan asing.
Pemerintah Jerman menyatakan bahwa mereka mendukung inisiatif Belt and Road atau Jalur Sutera Abad-21, namun perlu transparansi yang lebih luas.
Jyrki Katainen, Wakil Presiden Komisi Eropa mengatakan kepada Reuters, Senin 15 Mei, negara-negara anggota Uni Eropa tidak akan menandatangani kesepakatan inisiatif Belt and Road di KTT OBOR. Komisi Eropa yang memiliki mandat dan kapasitas bernegosiasi atas nama negara-negara anggota Uni Eropa terkait isu perdagangan, tidak diberikan kesempatan untuk bernegosiasi terkait kesepakatan inisiatif Belt and Road. "Tapi tidak masalah. Kami tetap mengapresiasi pertemuan yang digagas Cina itu," ucapnya.
Steven Ciobo, Menteri Perdagangan Australia pada Minggu, 14 Mei 2017 mengatakan Canberra dapat menerima kesepakatan inisiatif Belt and Road. Soal keikutsertaan Australia di proyek Jalur Sutera baru, menurut Ciobo, pemerintah lebih mengedepankan kepentingan nasional.
Sementara Pemerintah India menolak mengirim delegasi ke pertemuan KTT OBOR. Ini sebagai bentuk ketidaksukaan India atas keputusan Pemerintah Cina yang membuka hubungan perdagangan dengan Pakiskan senilai US$ 57 miliar karena melintasi wilayah Kashmir yang menjadi sengketa India dengan Pakistan.
Presiden Cina Xi Jinping dan 29 kepala negara yang menghadiri KTT OBOR pada Senin 15 Mei 2017 menegaskan kembali komitmen mereka untuk membangun ekonomi terbuka dan memastikan perdagangan bebas dan inklusif, di bawah inisiatif Belt and Road. KTT OBOR dilaksanakan pada 14-15 Mei 2017.
Dalam pertemuan itu disepakati untuk mempromosikan sistem perdagangan bebas dan non diskriminatif dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang pada intinya menentang segala bentuk proteksionisme.
"Melalui inisiatif Belt and Road, kami mengajak semua yang hadir membangun platform baru sebagai kekuatan ekonomi baru menghadapi pertumbuha global," ucap Presiden Xi dalam pidato penutupan.
Sebelumnya pada Minggu 14 Mei, Presiden Xi menjanjikan akan menggelontorkan dana hingga US$ 124 miliar atau sekitar Rp 1.652 triliun untuk mewujudkan proyek ambisinya pembangunan infrastruktur Jalur Sutra baru. Melalui proyek Jalur Sutera Abad-21, Cina berambisi menjadi menjadi pemimpin dunia dan menguasai perdagangan dunia dengan membangun infrastruktur yang digadang-gadang akan menjadi penghubung antara kawasan Asia dengan Eropa dan Afrika.