Puasa dan Kenaikan Tarif Listrik Dorong Inflasi Mei  

Reporter

Selasa, 2 Mei 2017 15:33 WIB

Pedagang merapihkan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, 1 Februari 2016. Menurut Badan Pusat Statistuk Nasional inflasi Januari 2016 sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan menjadi komponen pembentuk inflasi tertinggi pada Januari yaitu 2,2 persen. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan laju inflasi cenderung mengalami kenaikan menjelang bulan puasa dan Lebaran. Hal itu disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap bahan makanan. Dia pun meminta pemerintah mengendalikan inflasi pada Mei dan Juni.

"Apalagi ada rencana kenaikan tarif listrik pada Mei. Kalau pemerintah berkomitmen membuat bahan makanan deflasi, itu akan menetralkan. Kami berharap pada Mei dan Juni terkontrol karena pada Januari-Maret bahan makanan deflasi," ujar Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Selasa, 2 Mei 2017.

Baca: BPS: Inflasi 2016 Sentuh Angka 3,02 Persen

Menurut Kecuk—sapaan akrab Suhariyanto—dampak kenaikan tarif listrik 900 voltampere (VA) akan lebih terasa pada Juni 2017 dibandingk Mei 2017. Hal itu karena lebih besarnya jumlah pelanggan pascabayar yang membayar pada Juni dibandingkan dengan jumlah pelanggan prabayar yang membayar pada Mei.

Meskipun begitu, Kecuk optimistis target inflasi pemerintah sebesar 4 plus-minus 1 persen masih bisa tercapai. Laju inflasi pada April memang mencapai 0,09 persen. Namun, menurut data BPS, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-April) 2017 baru mencapai 1,28 persen.

Baca: BPS: Inflasi Januari 2017 Sebesar 0,97 Persen

Kecuk menilai, inflasi yang terjadi pada April sesuai dengan target pemerintah. Tahun ini, tantangan terbesar inflasi memang ada pada inflasi komponen administered price (harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah) akibat rencana kenaikan tarif listrik pada Januari, Mei, dan Juni. "Tapi dari awal tahun pemerintah sudah membuat persiapan."

Cara untuk menahan inflasi komponen administered price, menurut Kecuk, adalah mengelola inflasi bahan makanan. "Betul inflasi administered price tinggi. Tapi masih mampu dinetralkan oleh bahan makanan. Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah di sana," tutur Kecuk.

Pada April, menurut BPS, laju inflasi mencapai 0,09 persen. Inflasi komponen inti pada April sebesar 0,13 persen. Sementara itu, komponen administered price mengalami inflasi hingga 1,27 persen dan komponen volatile food (bahan makanan yang harganya sangat berfluktuasi) mengalami deflasi hingga minus 1,26 persen.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

6 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

6 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

6 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

6 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

6 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

24 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

27 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

27 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya