BI Jelaskan Mengapa Laporan Perekonomian Bersampul Suramadu

Reporter

Editor

Setiawan

Kamis, 27 April 2017 14:19 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia meluncurkan Laporan Perekonomian Indonesia 2016. Laporan ini merupakan publikasi tahunan BI yang memuat secara komprehensif dinamika perekonomian nasional selama setahun. Laporan ini juga memuat sejumlah pelajaran yang bisa dipetik.

"Upaya menggali pelajaran ini menjadi penting karena dapat menjadi fondasi bagi penguatan dan penyempurnaan kebijakan ke depan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo dalam peluncuran laporan tersebut di Kompleks BI, Jakarta Pusat,
Kamis, 27 April 2017.

Baca Juga: Kredit Minus, BI: Pertumbuhan Ekonomi Belum Kuat

Menurut Agus, 2016 yang pada awalnya diharapkan menjadi tahun percepatan pemulihan ekonomi kembali menjadi tahun yang penuh tantangan, termasuk bagi Indonesia. "Ekonomi global belum pulih seperti yang diharapkan dan tetap diwarnai
ketidakpastian," ujarnya.

Dinamika ekomi global, Agus menambahkan, masih berkisar pada tiga masalah utama sejak 2015. Ketiga permasalahan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat, harga komoditas yang masih rendah, dan ketidakpastian pasar keuangan.

Menurut Agus,pertumbuhan ekonomi dunia 2016 masih belum cukup kuat dan tercatat lebih rendah dibandingkan 2015. "Konsolidasi ekonomi masih berlanjut di berbagai belahan dunia seiring menurunnya kinerja ekspor khususnya di negara berkembang,
termasik Indonesia."

Hal itu, kata Agus, berdampak pada masih rendahnya harga komoditas dunia setidaknya sampai triwulan III 2016. "Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan global meningkat terutama sebelum keputusan kenaikan Fed Fund Rate oleh bank sentral Amerika Serikat," tuturnya.

Namun, dengan bauran kebijakan BI dan pemerintah, ekonomi Indonesia dapat memitigasi risiko yang ada. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 tercatat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Stabilitas ekonomi baik tercermin dari
inflasi yang rendah," kata Agus.

Simak Pula: Pemerintah Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi di Atas 6 Persen

Menurut Agus, laporan tersebut bersampulkan gambar Jembatan Suramadu untuk menandakan resiliensi perekonomian Indonesia di tengah berbagai tantangan global. "Jembatan juga merepresentasikan infrastruktur strategis yang perlu terus kita
bangun untuk mendukung konektivitas."

Melalui laporan ini, masyarakat diharapkan dapat memahami dasar pertimbangan dari berbagai kebijakan BI. "Dalam buku ini, kami sampaikan pula strategi dan arah kebijakan yang perlu diambil untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing
perekonomian Indonesia," katanya.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

10 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

1 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

2 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

4 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

5 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

6 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya