BPS: Kegiatan Ekonomi Masyarakat Masih Terpusat di 3 Sektor Ini  

Kamis, 27 April 2017 12:53 WIB

Aktifitas jual beli di toko batik grosir dan eceran Irfan di pasar Tanah Abang, Jakarta, 14 April 2015. Pemerintah melalui kementerian Perdagangan akan melarang impor kain batik ataupun yang menyerupai batik untuk melindungi usaha batik dalam negeri. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta – Sensus Ekonomi 2016 yang baru saja diluncurkan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa kegiatan bisnis dan perekonomian masyarakat Indonesia saat ini masih terpusat di tiga sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, Industri pengolahan, dan penyediaan akomodasi; serta penyediaan makan dan minum.

”Ketiganya mencakup 79,42 persen dari keseluruhan usaha dan perusahaan yang dijalankan oleh seluruh masyarakat Indonesia,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis, 27 April 2017.

Suhariyanto menjelaskan, porsi kegiatan bisnis di sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 46,17 persen, sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan-minum 16,72 persen. Adapun porsi kegiatan bisnis sektor industri pengolahan 16,53 persen.

BPS pada hari ini resmi meluncurkan hasil Sensus Ekonomi untuk 2016. Sensus ini mencakup data seluruh usaha dan perusahaan yang dijalankan masyarakat Indonesia, di luar lapangan usaha sektor pertanian. Dari Sensus Ekonomi 2016 ini, jumlah unit usaha dan perusahaan meningkat hingga 26,71 juta dari semula 22,73 juta pada Sensus Ekonomi 2006.

Ketiga sektor ini pun menyumbang penyerapan tenaga kerja terbesar. “Dari sekitar 70,32 juta tenaga kerja sektor non-pertanian, 22,36 juta tenaga kerja disumbang dari sektor perdagangan besar dan eceran.” Sedangkan untuk industri pengolahan, meskipun memiliki jumlah usaha dan perusahaan yang lebih rendah dibanding sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum, menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Dari data sensus ekonomi 2016 tersebut, sektor industri pengolahan terlihat menyerap 15,99 persen tenaga kerja. Sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum yang lebih besar secara jumlah usaha dan perusahaan hanya menyerap 8,41 juta tenaga kerja.

Adapun sektor perdagangan besar dan eceran yang mendominasi usaha dan perusahaan di Indonesia menyumbang 15,24 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2016. “Namun industri pengolahan selalu lebih tinggi dan menjadi penyumbang terbesar pada PDB sejak 2010 hingga 2016,” kata Suhariyanto.

FAJAR PEBRIANTO | RR ARIYANI



Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

5 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

5 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

5 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

5 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

5 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

5 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

5 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

23 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

26 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

26 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya