Defisit Suplai, Harga Tembaga Siap Meroket

Reporter

Jumat, 21 April 2017 19:31 WIB

Truk pengangkut galian tambang di tambang emas dan tembaga PT Freeport Indonesia, 2000 .Rully Kesuma/ TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Komoditas tembaga diprediksi mengalami tren bullish akibat harga yang masih berada di level rendah dan kondisi pasar yang mengalami defisit pasokan.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 20 April 2017, harga tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) meningkat 67 poin atau 1,21 persen menuju US$ 5.623 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga naik 1,58 persen.

Baca:
Saham Bank Harda Melonjak
Ini Dampak Over Regulasi Pada Investasi
Pria Ini Gelapkan Puluhan Ton Minyak Curah

Dalam survei Bloomberg, Jumat, 21 April 2017, yang melibatkan 20 responden mencakup analis dan trader, 9 di antaranya menilai harga tembaga bullish, 7 narasumber bersikap netral, dan 4 sisanya memprediksi bearish.

Menurut survei, harga tembaga yang saat ini berada di level rendah dapat memacu permintaan. Namun, harga memang sedang tertekan akibat belum pulihnya permintaan China dan kesulitan Presiden AS Donald Trump dalam memacu belanja infrastruktur.

Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc., dalam risetnya memaparkan, harga tembaga juga ditopang adanya gangguan suplai dari tambang Grasberg, Indonesia. PT Freeport Indonesia (PTFI) selaku pengelola masih belum bisa melakukan ekspor.

PTFI sebenarnya sudah mendapat jatah volume ekspor sebanyak 1,11 juta wet metric ton (WMT) konsentrat tembaga. Namun, perusahaan tidak bisa melakukan pengiriman ke luar negeri karena belum bersedia mengubah status perizinan dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Dari sisi permintaan, analis Goldman Max Layton, meyakini pasar juga akan terangkat oleh pulihnya konsumsi China. Dalam 6-12 bulan ke depan, sambungnya, harga tembaga cenderung bergerak bullish.

Dalam riset berbeda, Citigroup Inc. menyampaikan harga tembaga masih akan bullish dalam dua tahun ke depan akibat kondisi pasar global yang mengalami defisit suplai. Rerata harga tembaga pada 2017 akan meningkat menjadi US$ 6.040 per ton, dan 2018 senilai US$ 6.425 per ton.

Ed Morse, kepala analis Citigroup, mengungkapkan defisit pasar tembaga global cenderung akan meningkat dalam tiga tahun ke depan. Pada 2017, jumlah defisit mencapai 145.000 ton, 2018 sebesar 152.000 ton, dan 2019 menjadi 242.000 ton. "Pemogokan kerja dan gangguan pasokan membawa dampak turunnya produksi," papar Morse.

Sebelumnya pada Februari 2017, logam yang digunakan untuk kabel dan pipa ini naik ke posisi US$6.204 per ton, level tertingi sejak Mei 2015 akibat berhentinya produksi di tambang Grasberg dan perseteruan antara BHP Billiton Ltd., dengan pekerja di tambang Escondida.

Aksi mogok pekerja di Escondida dimulai pada 31 Januari 2017 akibat tuntutan kenaikan upah dan bonus tidak disetujui perusahaan. Menurut Chile Copper Agency, aksi mogok selama 43 hari mengurangi produksi hingga 230.000 ton dari kapasitas penambangan sekitar 1 juta ton.

Menurut Morse, kendati tambang Escondida kembali beroperasi, volume produksi belum akan pulih karena masih membutuhkan waktu. Dia memperkirakan dalam 6-8 bulan ke depan hambatan penambangan masih terjadi sebelum mencapai tingkat pengoperasian penuh.

Di tempat lain, pasar juga mendapat sentimen positif akibat belum terealisasinya ekspor konsentrat dari tambang Grasberg di Papua, Indonesia.

Bernard Dahdah dan Alomgir Miah, analis Natixis, mengatakan sejak akhir Maret 2017 harga tembaga memang cenderung melemah akibat berakhirnya aksi mogok di tambang Escondida, Cile dan tambang Cerro Verdo, Peru. Sentimen ini bersamaan dengan tercapainya kesepakatan ekspor antara PTFI dengan pemerintah Indonesia. "Akan tetapi, pandangan yang lebih positif terhadap pasokan berjalan seiring dengan permintaan yang kuat dari negara-negara ekonomi utama," katanya.

Natixis memprediksi rata-rata harga tembaga pada 2017 akan bertumbuh 20,43 persen menuju US$ 5.860 per ton dari tahun sebelumnya senilai US$ 4.866 per ton. Harga diprediksi bergerak di dalam rentang batas tertinggi US$ 6.300 per ton dan batas terendah US$ 5.300 per ton.


Tabel Proyeksi Rerata Harga Tembaga (US$ per ton)































Periode




Harga Rata-Rata




Harga Tertinggi




Advertising
Advertising

Harga Terendah




2016




4.866




5.950




4.331




2017




5.860




6.300




5.300




2018




6.500




6.800




5.300



Keterangan: 2016 harga realisasi, 2017 dan 2017 proyeksi

BISNIS.COM

Berita terkait

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

1 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

3 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

5 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

22 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

22 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

22 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

23 hari lalu

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi

Baca Selengkapnya

Istana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil

24 hari lalu

Istana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil

Menteri Sekretaris Negara Pratikno tak menampik soal posisi Luhut yang tidak setuju.

Baca Selengkapnya

Sengkarut Korupsi Rp 271 Triliun di PT Timah Tbk, Begini Awal Mula Berdiri BUMN Pertambangan Timah

24 hari lalu

Sengkarut Korupsi Rp 271 Triliun di PT Timah Tbk, Begini Awal Mula Berdiri BUMN Pertambangan Timah

PT Timah Tbk terbelit kasus korupsi hingga Rp 271 triliun. Begini profil perusahaan BUMN pertambangan timah yang telah didirikan sejak 1976.

Baca Selengkapnya

Klaim Lakukan Banyak Perbaikan, Bos PT Timah Mengaku Tak Terlibat dalam Kasus Korupsi Rp 271 Triliun

25 hari lalu

Klaim Lakukan Banyak Perbaikan, Bos PT Timah Mengaku Tak Terlibat dalam Kasus Korupsi Rp 271 Triliun

Direktur Utama PT Timah Ahmad Dani Virsal mengaku tak terlibat dalam kasus dugaan korupsi tata niaga timah wilayah IUP perseroan.

Baca Selengkapnya