Harga Lahan Kawasan Industri Tinggi, Diduga Ada Ulah Spekulan

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 19 April 2017 17:45 WIB

Ribuan burung jalak membentuk pola menyerupai pesawat saat bermigrasi melintasi langit kawasan industri Neot Hovav, dekat kota Beer Sheva, Israel, 26 Desember 2016. REUTERS/Baz Ratner

TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pelaku usaha kawasan industri Tanah Air menyebut harga lahan kawasan industri yang naik dapat disebabkan oleh harga perolehan lahan yang juga sudah tinggi. Apalagi ulah spekulan tanah masih belum bisa dihindari.

Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar mengatakan pada beberapa kawasan yang tengah dikembangkan, harga lahan yang dijual ke tenant melonjak karena di wilayah tersebut kerap ada spekulan yang menjual lahan ke KI dengan harga tinggi.

“Harga perolehan lahannya juga sudah tinggi, bisa ada ulah spekulan. Jadi kalau dibilang harga lahan di kawasan industri mahal, perlu dilihat juga faktornya apa. Supply dan demand mempengaruhi, tapi juga tergantung harga pembeliannya (oleh KI),” kata Sanny di Jakarta, Rabu, 19 April 2017.

Baca: Industri Terpaksa Impor Bahan Baku Rp1,3 Triliun per Tahun

Sebelumnya, Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kementerian Perindustrian Imam Haryono menyebut harga lahan di kawasan industri melonjak. Hal ini terjadi sejak pemerintah mewajibkan industri masuk ke kawasan industri pada 2010.

Akibatnya harga kawasan industri di Jabodetabek dan sekitarnya lebih mahal dibandingkan negara lain. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Perindustrian, harga lahan di Jabodetabek dan sekitarnya merupakan yang tertinggi kelima di Asia setelah Taipei, Singapura, Korea Selatan, dan Hong Kong.

Baca: Kadin Siap Bantu Pemerintah Rumuskan Kebijakan Properti Nasional


Begitu juga jika dibandingkan dengan negara-negara kompetitor utama industri Indonesia, seperti Vietnam, Bangkok, Malaysia, dan Filipina. Harga lahan di kawasan industri Indonesia melampaui sewa lahan di sejumlah negara tersebut. Hal ini meresahkan pemerintah mengingat beberapa produk manufaktur Indonesia bersaing dengan output negara-negara tersebut dalam merebut pasar global.


Sebelumnya, Konsultan Colliers International Indonesia mencatat penjualan lahan sepanjang 2016 lalu mencapai 174,90 hektare. Mayoritas komposisi transaksi terjadi di kawasan Bekasi dengan jumlah penjualan 97,20 hektare, adapun di Karawang 23,60 hektare, dan Serang 31,60 hektare.


Dalam laporannya, pencapaian tersebut hanya sekitar 50 persen dari realisasi penjualan sepanjang 2015 seluas 347,51 hektare. Namun, hasil tersebut bukan menjadi hal yang buruk dalam catatan Colliers sebab perolehan 2015 ditopang oleh satu transaksi besar seluas 100 hektare dari Modern Cikande.


Jika secara umum dilihat perolehan 2016 dan 2015 tidak jauh berbeda. Ke depan sektor lahan industri memilik prospek yang paling baik di antara sektor properti lainnya. Hal ini terlihat dari pertumbuhan penjualan lahan pada kuartal III/2016 yang mencapai 59 hektare, naik 103 persen dibandingkan dengan pencapaian kuartal II/2016. Adapun, pada kuartal VI/2016 meski tidak terjadi pertumbuhan, penjualan berhasil mencapai 68,70 hektare.


Advertising
Advertising

BISNIS.COM

Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya