Dorong Reformasi Pangan, Pemerintah Bentuk Korporasi Petani

Sabtu, 1 April 2017 14:08 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Semarang - Pemerintah memutuskan membentuk korporasi petani (corporate farming) dan Badan Usaha Milik Petani dalam rangka mendorong reformasi pangan. Keputusan untuk memperkuat tata kelola teknologi, produksi, dan distribusi hasil pertanian tersebut didapat dari hasil rapat koordinasi pemerintah dan Bank Indonesia mengenai reformasi pangan di Semarang, Jawa Tengah, Jumat lalu.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan petani yang memiliki lahan di bawah 1 hektare akan membuat kontrak kerja sama untuk mendorong reformasi pangan. "Asalkan sudah menjadi badan hukum, tentu bisa melakukan pembiayaan yang lebih efektif," kata Agus, Jumat, 31 Maret 2017.

Menurut Agus, sistem ini telah diterapkan di dua desa di Kabupaten Sukoharjo (Jawa Tengah) dan Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta). Petani membentuk kerja sama agar dapat mengakses teknologi pertanian yang lebih modern, mendapat pembiayaan perbankan, dan menggarap pengelolaan pasca-panen.

Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Dody Budi Waluyo, mengatakan minimnya lahan yang dikuasai petani berdampak pada sulitnya akses teknologi serta pembiayaan melalui bank. Petani dengan aset kecil, apalagi yang tak memiliki sertifikat, sulit memperoleh kredit usaha rakyat.

Karena itu, kata Dody, pemerintah mendorong pembentukan korporasi petani yang juga bisa menyelamatkan mereka dari jeratan tengkulak. "Ada 57 persen petani beras berhadapan dengan tengkulak dan ijon. Akses pembiayaan lewat bank hanya 15 persen," kata dia.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pengelolaan petani dengan konsep korporasi sejalan dengan peningkatan kredit usaha rakyat (KUR) untuk sektor produksi primer. Sektor tersebut mencaplok 40 persen dari jatah KUR yang disalurkan pemerintah dan bank tahun ini.

Karena itu, pemerintah akan mengurangi porsi kredit untuk pedagang dan memperbesar pembiayaan bagi petani. "Kami anggap komposisinya kurang pas, sehingga kami naikkan. Tahun depan kami lihat lagi arahnya seperti apa, idealnya produksi sampai 80 persen," kata Darmin.

Pemerintah juga meminta bank menyediakan pembiayaan dengan tenor lebih cepat bagi produksi pangan dengan umur panen di bawah satu tahun. Sebab, tak seluruh petani mampu membayar angsuran pra-panen.

PUTRI ADITYOWATI

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

10 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

11 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

18 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

18 jam lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

3 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya