Menteri Keuangan Sri Mulyani (kedua kiri) dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) menyimak arahan Presiden Joko Widodo saat sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, 15 Maret 2017. ANTARA/Puspa Perwitasari
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 6 persen. Syaratnya, ada pertumbuhan investasi yang tinggi.
Menurut Sri Mulyani, investasi merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. "Kalau investasi tumbuh sampai 8 persen, pertumbuhan ekonomi bisa 6 persen," kata dia di gedung DPR, Jakarta, Kamis, 23 Maret 2017.
Namun pertumbuhan investasi beberapa tahun ke belakang anjlok. Sri mengatakan sektor perbankan mengalami tekanan cukup berat karena turunnya harga komoditas. Dampaknya, perusahaan yang meminjam kepada perbankan mengalami masalah kredit.
Sri Mulyani menambahkan, masalah tersebut tercermin dari nonperforming loan (NPL) bank yang mengalami kenaikan. Dalam kondisi seperti itu, perbankan terpaksa mengurangi pinjaman. "Dengan pertumbuhan kredit yang rendah, investasi tidak bisa menjadi motor pertumbuhan yang cukup tinggi," katanya.
Sri Mulyani mengatakan saat ini neraca perbankan sudah cukup pulih. Jika capital market lebih sehat dan pasar obligasi korporasi berkembang, investasi dapat tumbuh tinggi.
Pertumbuhan investasi juga didorong melalui penanaman modal asing untuk modal badan usaha milik negara (BUMN) dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN). Tambahan modal Rp 1 triliun bisa menambah aset BUMN hingga empat kali lipat.
Selama masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ekonomi Indonesia pernah tumbuh hingga 10 persen. Sri mengatakan pertumbuhan ekonomi dipicu pertumbuhan investasi yang 6-10 persen.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia dapat kembali menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain mengandalkan investasi, ekonomi bisa didorong salah satunya dengan konsumsi rumah tangga.