Kekayaan Masyarakat dari Pasar Modal Bertambah Rp 215 Triliun
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 10 Maret 2017 15:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan industri pasar modal memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Tak hanya pemerintah, masyarakat pun merasakan dampaknya.
Tito berujar, industri pasar modal telah menambah kekayaan masyarakat sebesar Rp 215,62 triliun sepanjang 2016. "Itu berasal dari investasi saham, kupon obligasi, dan lainnya," ucapnya dalam acara Underwriting Network di Kuta, Bali, Jumat, 10 Maret 2017.
Baca: IHSG Sesi I Melemah, Imbas Lesunya Bursa Asia
Tito menuturkan keuntungan modal menyumbang kekayaan sebesar Rp 13,97 triliun. Jumlahnya naik 15,32 persen dari Rp 965,99 triliun pada 2015. Sedangkan pendapatan dari kupon obligasi investor lokal mencapai Rp 27,78 triliun dan investor asing Rp 1,77 triliun.
Dividen juga memberikan kontribusi untuk investor asing sebesar Rp 46,78 triliun. Sedangkan investor lokal mendapat Rp 39,85 triliun.
Tito mengatakan industri pasar modal juga membuka lapangan pekerjaan untuk 1,781 juta orang pada 2016. Jumlahnya menurun dibanding 2015 yang mencapai 1,789 juta orang. Tahun lalu, terdapat 537 ribu perusahaan tercatat di pasar modal. Jumlahnya naik dari 521 ribu pada 2015.
Baca: Kenaikan Suku Bunga The Fed Masih Jadi Sentimen di Bursa Global
Adapun kontribusi industri pasar modal kepada pemerintah berupa penerimaan pajak sebesar Rp 110 triliun pada 2016. Jumlahnya 10 persen dari total penerimaan pajak sekitar Rp 1.100 triliun.
Penerimaan pajak dari pasar modal tersebut terdiri atas pajak emiten saham sebesar Rp 89,70 triliun, IPO Rp 10 miliar, dan anggota bursa Rp 640 miliar. Selain itu, pajak berasal dari dividen saham sebesar Rp 12,99 triliun, kupon obligasi Rp 4,43 triliun, dan transaksi saham Rp 1,84 triliun.
Tito berujar, selama 2016, penggalangan dana jangka panjang melalui pasar modal mencapai Rp 674,39 triliun. "Tumbuh 20 persen setahun," ucapnya.
Dana terbesar berasal dari obligasi pemerintah sebesar Rp 485 triliun dan obligasi korporasi Rp 114,66 triliun. Dana lain adalah waran sebesar Rp 1,1 miliar, hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) Rp 61,9 triliun, dan IPO Rp 12,1 triliun.
VINDRY FLORENTIN