TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina, Rachmad Hardadi, mengatakan calon mitra strategis harus menyerahkan sejumlah uang sebagai komitmen mereka dalam proyek kilang Bontang. Pada April mendatang, Pertamina akan menetapkan pihak yang menjadi mitra strategis dalam pengelolaan kilang di Kalimantan Timur ini.

“Agreement framework terjadi pada pertengahan kuartal II 2017, saat itu ada US$ 5 juta (Rp 66,6 miliar) ditaruh di akun sebagai jaminan dan komitmen keseriusan,” kata Rachmad Hardadi saat ditemui di kantor pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat 24 Februari 2017.

Rachmad menuturkan, nantinya pada tahap preliminary investment decision yang jatuh sekitar akhir 2017, para calon mitra strategis juga harus memberikan uang sebesar US$ 10 juta (Rp 133 miliar). “Ini untuk komitmen keseriusan.”

Baca: Bangun Kilang Bontang, Pertamina Akan Gandeng Konsorsium

Kilang Bontang memiliki kapasitas 300 ribu barel per hari, tapi Rachmad mengatakan tak tertutup kemungkinan kapasitasnya bisa jadi lebih besar hingga 400 ribu barel per hari. “Variasi produknya ada LPG, gasoline series, avtur dan solar, petrochemical,” ucap Rachmad.

Rachmad menuturkan produk gasolin dari kilang Bontang akan diserap oleh dalam negeri, sedangkan solar dan avtur ada 35 persen yang akan diekspor. Hingga kini, Pertamina masih menghitung perkiraan volume produksi bensin kilang tersebut.

Baca: Kepala BKPM: Koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah Kacau

Kilang Bontang akan menempati lahan sebesar 460 hektare yang dimiliki negara dan akan dimanfaatkan dengan mekanisme sewa. Di sana juga telah tersedia fasilitas penunjang operasi milik LNG Badak yang dapat digunakan, seperti uap, pembangkit, infrastruktur air, dan konstruksi jetty.

DIKO OKTARA