Moratorium Dinilai Tak Efektif Lindungi TKI

Reporter

Editor

Abdul Malik

Minggu, 19 Februari 2017 18:21 WIB

Puluhan aktiivis dari Migrant Care menggelar doa bersama lintas agama bertajuk Save Satinah, di Bunderan HI, Jakarta, (1/4). Aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap ketidak seriusan pemerintah dalam melindungi TKI di berbagai negeri. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pihak terus mendesak pemerintah untuk segera menghentikan moratorium pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Timur Tengah karena dianggap tidak menyelesaikan persoalan mendasar soal perlindungan TKI. “Moratorium pengiriman PRT ke Timur Tengah adalah kebijakan gelap mata dan sangat reaktif. Ini juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia karena membatasi akses perempuan ke lapangan pekerjaan,” kata Ketua Pusat Studi Migrasi Migrant Care, Anis Hidayah, di Jakarta, Ahad, 19 Februari 2017.

Berdasarkan hasil survei Migrant Care yang dilakukan pada Maret 2015-Mei 2016 di Bandara Soekarno Hatta, masih ditemukan sekitar 2.644 pengiriman TKI informal atau TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga ke Timur Tengah, terutama Arab Saudi.

Baca : TKI Karawang Kirim Uang Rp2,8 Miliar ke Indonesia

Hasilnya, 1.020 orang yang ditemui adalah PRT migran yang baru berangkat ke Timur Tengah dengan visa umroh, ziarah/visit, dan mengunjungi keluarga. Sisanya sebanyak 1.624 orang merupakan PRT migran re-entry.

Negara tujuan PRT migran adalah Arab Saudi 964 orang, Uni Emirat Arab 793 orang, Bahrain 220 orang, Oman 170, Qatar 157, Kuwait 57 orang, dan Malaysia 283 orang. Padahal pada periode tersebut, pemerintah sudah memberlakukan moratorium pengiriman TKI ke Timur Tengah.

Anis menilai kebijakan moratorium cukup rawan dalam memacu perdagangan manusia karena pemerintah terkesan menutup mata akan tingginya pengangguran dan terbatasnya akses pendidikan masyarakat Indonesia.

Jika mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), penyerapan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah yakni sekolah dasar (SD) ke bawah sebanyak 49,97 juta (42,2 persen) dan SMP sebanyak 21,36 juta (18,04 persen) pada Agustus 2016.

Baca : Survei Migrant Care: PRT Migran Masih Dikirim ke Saudi

Sebaliknya, penduduk yang bekerja yang memiliki pendidikan tinggi hanya 14,5 juta terdiri dari 3,41 juta orang dengan latar belakang pendidikan diploma (2,88 persen), dan 11,9 juta orang berpendidikan universitas pada periode yang sama.

“Tidak ada perubahan komposisi angkatan kerja. Dalam program kerja kementerian terkait, bahkan tidak ada kebijakan transformasi pendidikan. Jika transformasi ini tidak segera dilakukan, sampai kapanpun Indonesia akan menempati pekerjaan dengan level terendah di luar negeri,” ucap Direktur Migrant Care Institute, Muhammad Adi Candra.

Baca : KBRI Suriah Repatriasi 11 TKI Via Libanon

Bahkan, dirinya menambahkan pengiriman TKI ilegal ke Timur Tengah sudah menggunakan modus baru yakni TKI rental. Para TKI tersebut pergi ke luar negeri dengan menggunakan visa umroh, mengunjungi keluarga, dan bahkan visa cleaning service untuk menyamarkan modus kepergiannya.

“Setelah sampai di sana, mereka akan dipekerjakan oleh seseorang atau perusahaan yang kemudian menyewakan jasa mereka ke orang lain sebagai PRT. Hal ini membuktikan moratorium sangat tidak efektif dalam melindungi TKI,” tukasnya.

Selain itu, rencana pemerintah yang disebut Zero PRT juga dinilainya tidak masuk akal karena tidak adanya aksi nyata pemerintah untuk melakukan transformasi pendidikan di Indonesia.

BISNIS.COM

Berita terkait

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

10 hari lalu

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.

Baca Selengkapnya

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

21 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

28 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

33 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

34 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

37 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

49 hari lalu

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

49 hari lalu

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

58 hari lalu

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya