TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Riset di Bidang Properti Jones Lang LaSalle (JLL) merilis hasil riset mereka mengenai sektor properti di bidang perkantoran yang mengalami peningkatan cukup tinggi di 2016. Head of Markets JLL, Angela Wibawa, menuturkan kenaikan permintaan terhadap perkantoran mulai terlihat pada tahun lalu. Namun ada beberapa faktor yang terus mewarnai pasar perkantoran di beberapa tahun terakhir, yaitu tingkat pasokan yang signifikan dan harga sewa yang masih turun.
"Secara keseluruhan pada 2016 lebih baik daripada 2014 dan 2015 dilihat dari sisi permintaan," ujar Angela dalam konferensi Pers JLL di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 1 Februari 2017.
Tingkat permintaan selama triwulan keempat 2016 mencapai kurang lebih 11 ribu meter persegi, disebabkan beberapa relokasi tenant ke gedung yang lebih baru. “Tingkat hunian masih stabil di angka 84 persen," kata dia.
Baca : Inflasi Januari 2017 Tertinggi dalam Tiga Tahun Terakhir
Adapun tingkat okupansi perkantoran berdasarkan tingkatan atau grade masih berada di kisaran 70-90 persen. Untuk tingkat premium mencatatkan okupansi 79 persen, Grade A sebesar 73 persen, Grade B sebesar 89 persen, Grade C sebesar 90 persen, dan CBD secara keseluruhan memiliki tingkat okupansi sekitar 84 persen.
Angela menambahkan, beberapa sektor utama yang mencatatkan permintaan ruang perkantoran tahun lalu di antaranya sektor e-commerce, teknologi informasi (IT), dan jasa profesional (professional services). Sektor-sektor itu mewarnai permintaan di sejumlah gedung di area Central Bussiness District (CBD). Untuk permintaan yang wajar terjadi di antaranya dari sektor bisnis jasa, pebankan dan firma hukum. Namun sektor minyak, gas dan pertambangan mencatatkan pelemahan permintaan perkantoran.
Baca : Temui Menteri Luhut, Bos Total Indonesia Bahas Blok Mahakam
Kepala riset JLL, James Taylor, menambahkan pasar ritel cenderung aktif membuat tingkat hunian tetap tinggi. Di pasar kondominium misalnya, peningkatan penjualan dan permintaan sudah mulai terasa di beberapa proyek namun belum merata. "Sementara belum ada juga perubahan signifikan dalam pertumbuhan harga," kata dia.
Meski demikian, aktivitas properti di 2016 dinilai lebih baik dibandingkan 2015. Baik pengembang maupun konsumen dinilai sudah lebih aktif di tengah kelesuan makroekonomi. Mereka berharap untuk tahun ini dan ke depan para pengembang lebih berhati-hati dengan strategi mereka. Dengan demikian, mereka mampu menstimulasi para calon konsumen untuk lebih aktif.
DESTRIANITA
Berita terkait
Spanyol Hapus Kebijakan Golden Visa
25 hari lalu
Spanyol berencana menghapus golden visa yakni program yang memberikan hak kepada warga di luar Uni Eropa untuk membeli proporti di Spanyol
Baca SelengkapnyaTerpopuler: Libur Panjang Banyak Penumpang Commuter Line Turun di Stasiun Dekat Pusat Perbelanjaan, OJK Sebut Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir
33 hari lalu
KAI Commuter mencatat total pengguna commuter line Jabodetabek selama libur panjang mencapai 1,6 juta orang.
Baca SelengkapnyaDaya Beli Masyarakat Menurun, Pendapatan Bisnis Agung Podomoro Land Anjlok 46 Persen
34 hari lalu
Penjualan dan pendapatan usaha PT Agung Podomoro Land Tbk (kode saham APLN) anjlok pada 2023.
Baca SelengkapnyaHarga Rumah Naik Terus, Bagaimana Cara Belinya? Simak Tipsnya
37 hari lalu
Seperti yang diketahui, kini harga rumah naik terus. Lalu, bagaimana cara membelinya? Simak beberapa tipsnya berikut ini.
Baca SelengkapnyaLika-liku Rekayasa Jual Beli Emas Antam Crazy Rich Surabaya, Ini Usaha Budi Said
38 hari lalu
Rekayasa jual beli emas Antam Budi Said berujung ditetapkan crazy rich Surabaya ini sebagai tersangka. Sebelumnya sempat dimenangkan PN Surabaya.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya Tangkap Charlie Chandra Buron Pemalsuan Surat Tanah PIK 2, Pernah Minta Perlindungan Jokowi
40 hari lalu
Polda Banten bersama Polda Metro Jaya menangkap buron kasus pemalsuan surat tanah di Pantai Indah Kosambi (PIK 2), Charlie Chandra. Begini kasusnya.
Baca SelengkapnyaEkonomi Makin Sulit, Populasi Orang Kaya di Dunia Malah Terus Bertambah
59 hari lalu
Di dunia orang kaya, orang sering bertanya, apa yang bisa dibeli dengan US$1 juta.
Baca SelengkapnyaMandiri Investment Forum 2024 Ajak Investor Tangkap Peluang Investasi di Era Transisi Pemerintahan
59 hari lalu
Bank Mandiri, melalui gelaran Mandiri Investment Forum 2024, mendorong investor untuk menangkap peluang investasi di tengah era transisi pemerintahan.
Baca SelengkapnyaBisnis Properti di Bali Diprediksi Menguat di 2024
5 Maret 2024
Alex Villas Group memprediksi bisnis properti di Bali akan menguat pada 2024 ini.
Baca SelengkapnyaSebut BTN Contoh Bank Sehat dengan Laba Bersih Rp 3,5 Triliun, Erick Thohir Wanti-wanti Ini ke Direksi dan Komisaris
3 Maret 2024
Erick Thohir berharap BTN bisa turut membangun ekosistem pembangunan perumahan yang solutif untuk membantu mengatasi backlog perumahan.
Baca Selengkapnya