Pembatasan Imigran Trump Pukul Bursa Saham Global

Reporter

Selasa, 31 Januari 2017 07:23 WIB

Presiden AS, Donald Trump menghadiri upacara pelantikan Sekretaris Pertahanan James Mattis di Pentagon, Washington, AS, 27 Januari 2017. REUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Jakarta - Pasar saham dunia sebagian besar jatuh pada Senin-Selasa pagi WIB. Begitu juga, dolar merosot terhadap mata uang "safe-haven" yen.


Kondisi itu terjadi setelah keluarnya keputusan Presiden AS Donald Trump yang membatasi imigran Muslim. Hal ini memicu kekhawatiran tentang dampak kebijakan-kebijakan Donald Trump terhadap perdagangan dan ekonomi global.

Saham-saham di Wall Street membukukan hari terburuk mereka sepanjang tahun ini setelah perintah eksekutif Trump pada Jumat, 27 Januari 2017.

Baca:
Mantan Kapolri Badrodin Haiti Jadi Komisaris Utama Grab
Lawan Trump, Starbucks Janji Pekerjakan 10 Ribu Pengungsi


Dolar jatuh terhadap yen karena investor mencari keamanan ke mata uang Jepang, dan emas sedikit tinggi di tengah meningkatnya ketidakpastian politik. Emas berjangka naik 0,4 persen menjadi menetap di 1.193,20 dolar AS per ounce, sementara dolar merosot 1,18 persen menjadi 113,70 yen.

Reaksi negatif terhadap perintah eksekutif Trump mendinginkan reli yang telah mengangkat ekuitas AS ke serangkaian rekor tertinggi setelah pemilihan presiden pada November, didorong oleh janji-janji pemotongan pajak dan peraturan yang lebih sederhana. Namun, risiko potensial dari beberapa kebijakan Trump telah mengurangi antusiasme.

Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai "ukuran ketakutan" Wall Street, naik 1,32 poin menjadi 11,90 dari posisi terendah multi-tahun.

Antusias investor atas harapan dari agenda pro-bisnis Trump, terutama reformasi pajak dan peraturan, telah mendorong reli, kata Rick Meckler, presiden hedge fund LibertyView Capital Management LLC di Jersey City, New Jersey.

"Dua hal ini yang paling penting," kata Meckler. "Kita tampak benar-benar terjebak sekarang dalam reformasi imigrasi dan pembatasan perjalanan." Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di First Standard Financial di New York, mengatakan bahwa investor telah difokuskan pada proposal-proposal pro-pertumbuhan Trump dan mengabaikan apapun yang merugikan untuk kegiatan ekonomi, seperti proteksionisme.

Simak:
Pertamina Putuskan Bangun Sendiri Kilang Balongan-Dumai
Produksi Minyak Terancam Turun pada 2019


Indeks saham semua-negara dunia, MSCI, turun 0,62 persen, sedangkan Indeks FTSEurofirst 300 saham-saham pan-Eropa terkemuka ditutup turun 1,06 persen.

Indeks saham di Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol semua turun lebih dari satu persen.

Saham-saham di Wall Street juga jatuh sekitar satu persen tetapi mengurangi beberapa kerugian mereka di akhir sesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 122,65 poin, atau 0,61 persen, menjadi 19.971,13 poin. Indeks S&P 500 yang kehilangan 13,79 poin, atau 0,60 persen, menjadi 2.280,9 poin, dan indeks komposit Nasdaq merosot 47,07 poin atau 0,83 persen menjadi 5.613,71 poin.

Sebelumnya di pasar Asia, Nikkei Jepang turun 0,5 persen dan pasar saham Australia turun 0,9 persen.

Euro jatuh ke tingkat terendah 11-hari terhadap dolar setelah rilis data inflasi Jerman sedikit lebih lemah dari yang diharapkan. Namun, euro stabil karena investor menilai kembali harga-harga konsumen yang mencapai tertinggi dalam tiga setengah tahun. Euro tidak berubah pada 1,0694 dolar.

Surat utang (obligasi) negara AS sedikit berubah menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pada Selasa, 31 Januari, dan Rabu, 1 Februari, dan pekan sarat dengan data yang berkulminasi dengan laporan pekerjaan pada Jumat, 3 Februari, untuk Januari.

Imbal hasil (yield) Obligasi 10-tahun AS, yang menjadi acuan, turun 4/32 menjadi 2,4956 persen. Imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman merosot ke serendah 0,436 persen karena angka inflasi.

Sementara itu, harga minyak turun karena berita kenaikan kegiatan pengeboran mingguan di AS mengangkat kekhawatiran atas meningkatnya produksi, ketika banyak produsen minyak dunia berusaha mematuhi kesepakatan untuk memangkas produksi mereka guna mencoba untuk menopang harga.

Jumlah rig minyak aktif AS naik ke tertinggi sejak November 2015 pada pekan lalu, menurut data Baker Hughes, menunjukkan pengebor mengambil keuntungan dari harga minyak di atas 50 dolar AS per barel.

Harga minyak mentah patokan global Brent turun 23 sen menjadi 55,29 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka AS menetap turun 54 sen pada 52,63 dolar AS per barel.

ANTARA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

2 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

7 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

12 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

13 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

19 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

23 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

30 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

33 hari lalu

Joe Biden Vs Donald Trump, Dua Lelaki Gaek Berebut Kursi Presiden AS

Joe Biden 81 tahun dan Donald Trump 78 tahun akan bertarung di kontestasi pemilihan Presiden AS di usia yang tak lagi muda.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

35 hari lalu

Top 3 Dunia: Tanding Ulang Joe Biden vs Donald Trump, Kekecewaan Keturunan Arab di AS

Top 3 dunia adalah Joe Biden akan bertanding ulang melawan Donald Trump di Pilpres AS hingga masyarakat Arab di Amerika Serikat kecewa.

Baca Selengkapnya