Aktifitas bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 15 Desember 2016. BPS mencatat, nilai ekspor dan impor pada November 2016 surplus sebesar 0,84 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau 840 juta dollar AS atau setara dengan Rp 10,92 triliun. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta – Deputi Koordinasi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, memprediksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak akan menutup semua keran impor di negaranya. Sebab, saat ini angka impor di Negeri Abang Sam sangat besar.
”Ketergantungan itu tidak bisa dalam satu atau dua bulan disetop. Menutup interaksi dengan negara luar juga tidak mungkin,” kata Rizal dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat, 27 Januari 2017.
Pada 20 Januari 2017, Trump resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-45. Dalam kampanyenya, Trump selalu memberikan sinyal bahwa ia akan menerapkan kebijakan proteksionis. Selain itu, dia akan mengurangi pajak, menaikkan upah minimum, dan memulangkan imigran ilegal yang banyak tersebar di AS.
Menurut Rizal, kebijakan proteksionis yang akan diterapkan oleh pengganti Barack Obama tersebut ada kemungkinan dibahas dalam forum negara-negara, termasuk dalam forum G-20 yang akan digelar pada Juli mendatang. “Nanti kita akan test the water, positioning AS saat ini seperti apa dengan presiden yang baru,” tuturnya.
Namun, Rizal menegaskan, negara-negara G-20 memiliki komitmen menghindari proteksionisme. Mereka ingin memelihara ekonomi yang terbuka. “Perihal nanti di forum yang akan datang AS punya sikap lain, kita lihat saja. Tapi kita memiliki komitmen bersama bahwa sistem ekonomi yang terbuka akan menciptakan pertumbuhan yang tinggi.”