TEMPO.CO, Jakarta - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sebesar 5,1 persen pada 2017, yang sebagian besar didorong meningkatnya konsumsi, dan investasi swasta.
"Kontribusi itu adalah respon dari mulai pulihnya harga komoditi dan suku bunga bank yang lebih rendah di 2017," kata Dewan Eksekutif IMF Luis E Breuer dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Jumat, 25 November 2016.
Sementara untuk 2016, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sebesar 5,0 persen. Penyebabnya masih sama. IMF melihat konsumsi swasta terus menggeliat.
Inflasi tahunan Indonesia di akhir 2016, diperkirakan IMF berada di 3,3 persen secara tahunan (year on year) dan akan meningkat pada 2017 di pertengahan rentang 3-5 persen, karena penyesuaian jumlah sasaran subsidi listrik.
"Defisit transaksi berjalan diproyeksikan naik dari sekitar dua persen dari Produk Domestik Bruto pada 2016 menjadi sekitar 2,3 persen tahun depan karena naiknya investasi tetap dan juga impor," ujar Breur.
IMF memuji kondisi perekonomian Indonesia hingga akhir November 2016 ini. Kondisi ekonomi Indonesia, kata IMF, baik karena didukung bauran kebijakan yang tepat dan hati-hati dari aspek makro ekonomi, dan juga perbaikan reformasi struktural perekonomian.
"Otoritas (di Indonesia) terampil dalam mengarahkan perekonomian untuk melewati berbagai dinamika di ekonomi global," ujarnya.
IMF mendukung langkah pemerintah yang memperbaiki struktur fiskal lewat pemangkasan anggaran secara proposional sesuai dengan penerimaan negara.
Kemudian, cara pemerintah memperluas sumber penerimaan negara untuk mengerek pertumbuhan ekonomi, kata IMF, telah sesuai koridor stabilitas karena efisien dan mampu menjaga defisit tidak melebihi 3 persen dari PDB.
IMF juga memuji penerapan instrumen bunga acuan BI terbaru "7 Days Reverse Repo Rate" dan langkah penyesuaian suku bunga acuan yang dinilai tepat dengan kondisi gejolak eksternal sepanjang 2016.
Saat BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin secara akumulasi hingga Oktober 2016 disebut IMF sebagai langkah yang tepat karena inflasi terjaga dan tekanan eksternal mereda.
Sedangkan pada November 2016, ketidakpastian ekonomi eksternal meningkat dan memicu Bank Sentral untuk mempertahankan suku bunga acuan.
"IMF menyambut baik kebijakan BI yang mempertahankan suku bunganya baru-baru ini pada November 2016 (sebesar 4,75 persen) di tengah ketidakpastikan eksternal," kata Beuer.
Gubernur BI Agus Martowardojo menyambut baik kajian terbaru IMF ini. Agus menyebutkan IMF memberikan pemaparan yang cukup objektif mengenai perbaikan kondisi ekonomi Indonesia terkini.
ANTARA
Berita terkait
LPEM FEB UI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua 2024 Melambat
1 hari lalu
BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,11 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I 2024.
Baca SelengkapnyaJelang Singapore International Water Week, Kadin: Masih Banyak Populasi di RI yang Tak Punya Akses Air Bersih
1 hari lalu
Kadin menggelar panel diskusi sebagai rangkaian dari SIWW 2024. Akses terhadap air bersih masih menjadi tantangan sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
10 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaFathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas
13 hari lalu
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.
Baca SelengkapnyaMenhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo
15 hari lalu
Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral
16 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.
Baca SelengkapnyaApa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?
20 hari lalu
Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?
Baca SelengkapnyaImbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan
22 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.
Baca SelengkapnyaAirlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI
22 hari lalu
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel
23 hari lalu
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.
Baca Selengkapnya