TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menargetkan pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,1 persen. Angka tersebut menurut dia menggambarkan titik seimbang antara optimisme dan kehati-hatian.
"Optimisme muncul karena bisa menjaga momentum dan hati-hati karena kami tahu tantangan eksternal dan internal yang masih harus dihadapi dan diselesaikan," kata Sri Mulyani di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 23 November 2016.
Sri Mulyani mengatakan Indonesia selama ini tumbuh dengan keseimbangan yang baik. Indonesia terbukti bisa tumbuh di kisaran 5 persen dengan angka defisit anggaran tidak pernah lebih dari 3 persen.
Jika dibandingkan dengan Brazil dan India, Indonesia jauh lebih baik menurut Sri Mulyani. Pasalnya, masing-masing negara memiliki defisit anggaran sebesar 10 persen dan 7 persen dari PDB pada 2015.
Sri Mulyani mengatakan konsumsi rumah tangga pun akan tetap sehat yaitu 5,0 persen pada 2017 meski pemerintah tetap harus berhati-hati. Konsumsi pemerintah pun stabil yaitu 4,8 persen.
Untuk investasi, Sri Mulyani mengharapkan tumbuh 6 persen. Ia berharap investasi dari sektor swasta terutama capital market lebih baik dari tahun ini. Pertumbuhan tersebut seiring dengan perbaikan infrastruktur, stabilitas makroekonomi, dan peningkatan efektivitas pemerintah.
Untuk ekspor dan impor, Sri Mulyani memprediksi pertumbuhannya masih rendah yaitu 0,2 dan 0,7 persen. Prediksi tersebut menggambarkan situasi pasar global yang masih akan lemah. Sri Mulyani berharap ekspor dan impor mulai tumbuh dalam area positif karena kontraksi selama beberapa periode terakhir dinilai sudah cukup dalam.
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
4 hari lalu
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.