Ekspor Nonmigas Indonesia ke Amerika Turun, Gara-gara Trump?  

Reporter

Jumat, 11 November 2016 15:45 WIB

TEMPO/Nita Dian

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi penurunan ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat (AS) pada kuartal III 2016. Menurut Kepala Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati, penurunan ekspor ini terjadi bukan karena imbas kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat, 8 November 2016.

"Tren penurunan sudah terjadi sejak kuartal I 2016, sebelum hasil pilpres AS, jadi bukan karena pilpres," ujar Hendy di kantornya, Jumat, 11 November 2016. Hendy menegaskan, penurunan ekspor ini karena menurunnya permintaan saja.

Terpilihnya Trump sempat membuat pasar global pada hari pengumuman hasil pilpres bereaksi negatif. Sebab, Trump dalam kampanyenya berjanji akan membuat ekonomi Amerika lebih konservatif dan proteksionis.

Hendy menambahkan, ekspor Indonesia ke Amerika terkontraksi 1,8 persen (year on year/yoy). "Kuartal I lalu juga terkontraksi lebih jauh hingga 4 persen (yoy) meski pada kuartal II sempat naik hingga 4,4 persen (yoy)." Menurut dia, kontraksi ini dipicu penurunan ekspor tekstil 13,2 persen dan karet alam 10,9 persen.

Dari data BI, Amerika saat ini masih menjadi pangsa pasar utama ekspor nonmigas bagi Indonesia. Amerika menempati urutan pertama dengan pangsa pasar mencapai 12,2 persen, diikuti Cina10,3 persen, dan Jepang 10 persen.

Baca: Trump Terpilih, Sri Mulyani: Kebijakan di Asia Terpengaruh

Hendy menekankan bahwa efek dari terpilihnya Trump terhadap perekonomian Indonesia belum bisa dipastikan. "Lagi pula, investasi langsung dari Amerika di Indonesia itu sebenarnya kecil," ujar Hendy.

Hendy menambahkan, aliran investasi langsung ke Indonesia justru paling besar berasal dari negara di kawasan ASEAN, yang mencapai US$ 2 miliar, "Sementara negara asal terbesar adalah Jepang dengan US$ 1,3 miliar," katanya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus memantau kondisi pasar global setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Ia menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

"Pertama, pandangan serta kebijakan ekonomi perdagangan dan investasi yang akan dilakukan Amerika," ucap Sri di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 10 November 2016.

Sri berujar, Amerika merupakan pasar terbesar ekonomi dunia. Kebijakan yang diambil akan mempengaruhi hubungan negara dari sisi perdagangan dan investasi.

Baca: Kemenangan Trump Tak Mempengaruhi Penerbangan Garuda ke AS

Kebijakan lain yang perlu diperhatikan ialah terkait dengan isu perubahan iklim. Selama masa kampanye, Trump tidak menyertakan isu lingkungan dalam visi-misinya. Di bawah kepemimpinannya, Amerika bisa saja menghentikan rencana membiayai program perubahan iklim.

FAJAR FEBRIANTO | VINDRY FLORENTIN | SETIAWAN ADIWIJAYA

Baca juga:
Dihadang Setiap Kali Blusukan, Ahok: Kenapa Pakai Cara Barbar
Golkar Diisukan Cabut Dukungan, Begini Reaksi Ahok

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

13 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

3 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya