Analis: Harga Batu Bara Bakal Masih Menjanjikan hingga 2017

Senin, 7 November 2016 16:23 WIB

Dump Truck melakukan aktivitas penambangan batubara di Kintap, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, 11 Oktober 2012. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Daewoo Securities Indonesia, Andy Wibowo Gunawan, memperkirakan batu bara masih akan menjadi komoditas yang menjanjikan hingga tahun depan. Menurut Andy, hal itu dipengaruhi oleh sistem perbankan Cina yang diperkirakan masih akan mengintervensi perusahaan yang menggunakan bahan bakar batu bara untuk menjaga likuiditas perbankan mereka.

“Kami yakin harga batu bara dunia akan naik seiring dengan pemerintah Cina yang masih akan mengintervensi pemerintah dari sektor batu bara,” ujar Andy saat memberikan paparan di kantor Daewoo Securities, Equity Tower, Senin, 7 November 2016.

Berdasarkan riset Daewoo Securities, pada 2015 harga batu bara anjlok hingga mencapai US$ 50 per ton, sehingga hal tersebut menyebabkan pertumbuhan kredit macet (NPL) di Cina pada saat itu naik cukup tinggi hampir mencapai 2,55 persen. Karena itu, pemerintah Cina mengambil kebijakan untuk mengintervensi harga batu bara dengan cara mengurangi produksi dan impor.

Jadi, menurut Andy, agar sektor batu bara meminjam di bank lancar, maka harga batu bara harus tinggi. “Nah sekarang bagaimana pemerintah mengatur agar harganya lebih tinggi, yakni dengan mengintervensi,” ujarnya.

Secara tidak langsung hal itu akan membuat negara pengekspor batu bara ikut mengurangi suplai ekspor mereka, sehingga harga komoditas itu ikut terkerek naik, termasuk Indonesia. “Harga jual batu bara kan acuannya harga global. Kalau Cina menurunkan produksinya, berarti kan harga global naik,” tutur Andy. “Indonesia secara tidak langsung terbantu Cina.”

Andy menambahkan, hingga musim dingin nanti permintaan batu bara dari Cina akan tetap rendah. Karena itu harga batu bara diperkirakan hingga akhir tahun dapat mencapai US$ 110 per ton.

Rendahnya permintaan batu bara itu karena satu dari tiga pembangkit listrik di Cina—termal, hidro, dan nuklir—yakni pembangkit listrik hidro, tidak dapat berproduksi. Adapun di Cina, pembangkit listrik tenaga hidro menempati posisi kedua setelah termal, disusul tenaga nuklir. “Pembangkit listrik hidro memberi kontribusi 10 persen dari total listrik di negara Cina,” ujar Andy.

DESTRIANITA

Berita terkait

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

1 hari lalu

Warga Ungkap Rumah Tempat Brigadir RA Tewas dengan Luka Tembak Milik Pengusaha Batu Bara

Brigadir RA ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala di dalam mobil Alphard di sebuah rumah di Mampang.

Baca Selengkapnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

25 hari lalu

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk Milawarma Divonis Bebas oleh PN Palembang, Ini Jejak Kasusnya

Eks Dirut PT Bukit Asam Tbk periode 2011-2016 Milawarman divonis bebas dalam kasus dugaan korupsi akuisisi saham milik PT Satria Bahana Sarana (SBS).

Baca Selengkapnya

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

39 hari lalu

Bahlil Akan Bagikan Ribuan Izin Tambang ke Ormas, Pusesda: Hanya Akan Berakhir pada Jual-Beli IUP

Pusat Studi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (Pusesda) menolak rencana Bahlil membagikan izin usaha pertambangan (IUP) ke organisasi kemasyarakatan.

Baca Selengkapnya

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

40 hari lalu

Menteri ESDM Sebut Bahlil Cabut 2.051 Izin Tambang

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia sudah mencabut 2.051 Izin Usaha Pertambangan (IUP) sejak 2022.

Baca Selengkapnya

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

48 hari lalu

Neraca Dagang Indonesia-Vietnam 2023 Surplus, Ditopang Ekspor Batu Bara

Neraca dagang antara Indonesia dan Vietnam mencapai USD 12,84 Miliar sepanjang 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

51 hari lalu

Luhut Sebut Simbara Kerek Penerimaan Pajak dan Royalti Batu Bara

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Simbara menaikan penerimaan pajak batu bara.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

59 hari lalu

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

19 Februari 2024

Tekstil Hingga Perikanan Diprediksi Terdampak Resesi Jepang, Batu Bara dan Nikel Waspada

Ekonom Indef menyebut sejumlah sektor bakal terdampak oleh resesi yang melanda Jepang, tujuan ekspor terbesar keempat Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India

16 Februari 2024

Nilai Ekspor Batu Bara RI Lesu, Turun US$ 590,1 Juta: Terbesar ke Cina dan India

Sepanjang Januari 2024, nilai ekspor batu bara tercatat US$ 2,41 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$ 3 miliar.

Baca Selengkapnya

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

12 Februari 2024

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

Sebelum Dirty Vote, Dandhy Laksono Lebih Dahulu menggarap Sexy Killers yang tayang ketika masa tenang Pemilu 2019. Dengan kisah berbeda, Sexy Killers lebih membahas persoalan lingkungan di Indonesia.

Baca Selengkapnya