TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia melihat sinyalemen dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Rerserve, cenderung untuk "dovish" atau lebih memilih mempertahankan rezim kebijakan moneter saat ini, mengingat belum efektifnya pemulihan ekonomi di negara Abang Sam tersebut.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat, 4 November 2016, memperkirakan The Fed baru akan memanfaatkan kesempatan pengetatan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan pada Desember 2016.
"Ketidakpastian pemulihan ekonomi di AS itu jadi pertimbangan bagaimana The Fed akan sikapi dalam keputusan yang akan datang (Desember 2016)," kata dia.
The Fed baru saja mempertahankan suku bunga acuannya di 0,25-0,5 persen pada Rabu malam, di tengah masih melambatnya laju ekonomi global dan risiko-risiko di pasar keuangan global, salah satunya yang bisa ditimbulkan dari Pemilihan Presiden AS, 8 November 2016 mendatang. Pelaku pasar mempercayai, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya pada Desember 2016, karna realisasi perbaikan ekonomi AS dan laju inflasi.
BI memprediksi skenario pengetatan moneter oleh The Fed selanjutnya akan dilakukan dengan dua kali peningkatan suku bunga acuan pada 2016 sebesar masing-masing 25 basis poin dan tiga kali kenaikan pada 2018.
Sejauh ini, lanjut Perry, sinyalemen dari setiap pernyataan pembuat kebijakan The Fed selalu menunjukkan kebijakan untuk "dovish". Hal itu berbeda dengan Desember 2015, atau saat kenaikan suku bunga The Fed terakhir, di mana The Fed memberikan sinyalemen untuk agresif atau "hawkish".
"Kami lihat dari kemarin sidang Komite Pasar Terbuka The Fed (FOMC) bukan hanya keputusan fed rate tidak berubah, tapi juga tones (intonasi) komunikasi kebijakan yang beberapa waktu lalu cenderung hawkish, tapi dari kemarin bukan hawkish lagi bahkan dovish," ujar dia.
Perry mengatakan BI sudah mengantisipasi potensi gejolak di pasar keuangan domestik atas kebijakan The Fed di sisa tahun.
Saat ini bunga acuan The Fed atau "Fed Fund Rate" masih dipertahankan di 0,25-0,5 persen.
Perry sependapat jika bahwa Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat pada 8 November 2016 akan memberikan gejolak pada pasar keuangan. Namun, dampak gejolak tersebut, dinilai Perry, lebih terasa di pasar keuangan global. Sementara untuk Indonesia, dampaknya mungkin akan terasa ,namun tidak signifikan.
"Memang seminggu terakhir terjadi peningkatan uncertainty (ketidakpastian) di pasar global khususnya saham itu kami antisipasi. Tapi sejauh ini dampaknya terhadap Indonesia, itu tidak besar," kata Perry.
Terpisah, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan setelah sikap The Fed untuk bertahan, dolar AS mengalami pelemahan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Hasil FOMC mencegah pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini (3 November 2016)," katanya.
Fokus pelaku pasar domestik dalam jangka pendek ini, ujar dia, selanjutnya akan tertuju pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2016 serta cadangan devisa Oktober 2016.
ANTARA
Berita terkait
Fachri Bachmid Gantikan Sementara Yusril yang Mundur dari Ketum PBB
34 detik lalu
Pergantian Yusril Ihza Mahendra dari Ketua Umum Partai Bulan Bintang dianggap telah dilakukan secara demokratis dan sah.
Baca SelengkapnyaAHY Harap Penyelenggaraan World Water Forum Bisa Beri Solusi Pengelolaan Air Global
8 menit lalu
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR/BPN) AHY penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali bisa menciptakan solusi pengeloaan air global
Baca SelengkapnyaGunung Ibu Kembali Erupsi, Warga di Tujuh Desa Dievakuasi
9 menit lalu
Warga yang tinggal di tujuh desa dievakuasi setelah Gunung Ibu dua kali meletus pada Sabtu, 18 Mei 2024.
Baca SelengkapnyaJadwal Proliga 2024 Minggu 19 Mei: 3 Laga Terakhir Pekan Keempat, Posivo dan STIN BIN Beraksi Lagi
17 menit lalu
Jadwal Proliga 2024 akan kembali hadir pada Minggu, 19 Mei. Tiga laga terakhir pekan keempat akan berlangsung di Gresik.
Baca SelengkapnyaNasdem Sebut Penambahan Kementerian Tak Lewat Perppu atau Putusan MK, Ini Alasannya
20 menit lalu
Nasdem menyatakan penambahan kementerian melalui revisi UU Kementerian Negara menciptakan partisipasi publik.
Baca SelengkapnyaUni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang
26 menit lalu
Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif
Baca SelengkapnyaJadwal Final Thailand Open 2024 Hari Ini, Ana / Tiwi Hadapi Wakil Tuan Rumah Unggulan Pertama
30 menit lalu
Pertandingan Ana / Tiwi akan menghadapi Jongkolphan Kititharakul / Rawinda Prajonjai di final Thailand Open 2024 akan dimainkan di partai keempat.
Baca Selengkapnya1.500 Orang Badui Jalani Ritual Seba di Serang
42 menit lalu
Ritual Seba merupakan tradisi masyarakat adat Suku Badui, sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.
Baca SelengkapnyaOleksandr Usyk Peluk Istri usai Kalahkan Tyson Fury dan Menjadi Juara Sejati Tinju Kelas Berat, Simak yang Dia Katakan
47 menit lalu
Petinju Ukraina Oleksandr Usyk menjadi juara sejati atau tak terbantahkan tinju dunia di kelas berat dengan mengalahkan Tyson Fury.
Baca SelengkapnyaPembukaan World Water Forum Ke-10 Digelar di KEK Kura-kura Bali
1 jam lalu
Pemerintah Bali bersama Panitia World Water Forum ke-10 dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menjalankan upacara Segara Kerthi.
Baca Selengkapnya