Capres AS dari Republik, Donald Trump (kiri) dan Capres Demokrat, Hillary Clinton, bertemu dalam debat kampanye presiden di UNLV di Las Vegas, Nevada, AS, 19 Oktober 2016. Ini merupakan debat terakhir mereka sebelum pemilihan. REUTERS/Mike Blake
TEMPO.CO, Jakarta - Harga saham di berbagai bursa efek Asia, Kamis ini (3 November 2016), mengalami tekanan di mana-mana akibat ketidakmenentuan mengenai siapa bakal memenangkan Pemilu Amerika Serikat yang akan segera ditentukan pekan depan.
Akibat ketidakmenentuan ini para investor memindahkan portofolio modal kepada yen dan emas sebagai keamanan modalnya.
Tinggal beberapa hari lagi Pemilu Amerika Serikat 8 November, Donald Trump mendadak menyalip Hillary Clinton yang menjadi favorit pasar saham dunia.
Mantan menteri luar negeri AS ini dianggap oleh sebagian besar investor sebagai tokoh yang lebih aman dan stabil ketimbang Trump yang dianggap tidak menguntungkan mereka. Namun perkembangan terakhir yang memperlihatkan Trump memimpin jajak pendapat membuat pelaku pasar memasang posisi jual.
"Langkah menekan risiko akan terus berlanjut," kata Chris Weston dari IG Ltd., Melbourne seperti dikutip AFP.
Sampai pukul 02.00 GMT atau 09.00 WIB tadi, beberapa indeks saham dan nilai kurs turun atau naik tipis, meliputi:
Hang Seng Hong Kong turun 0,1 persen pada 22.777,84 poin Indeks Shanghai naik tipis 0,2 persen pada 3.107,48 poin Euro/dolar AS: naik pada 1,1104 dolar AS dari 1,1095 dolar AS Dollar/yen: turun pada 103,20 yen dari 103,42 yen Pound/dollar: naik pada 1,2321 dolar AS dari 1,2290 dolar AS Minyak West Texas Intermediate naik 50 sen pada 45,84 dolar per barel Minyak Brent Laut Utara naik 58 sen pada 47,44 dolar AS per barel Indeks Dow: Jones, New York, turun 0,4 persen pada 17.959,64 poin Indeks FTSE 100 London turun 1,0 persen pada 6.845,42 poin
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.